|
Sinopsis Buku: Wail terbang ke Amerika dengan gundah, saat Gaza sedang dibantai. Sebelah hatinya kukuh bahwa perjuangan dengan batu, hanya akan mati sia-sia. Karena itulah merengkuh asa dan cinta, belaian hangat Jean, memburu dolar di negeri lain, dianggapnya realistis biarpun itu artinya ia berkhianat, pada keluarga, agama dan negeri yang dicintainya: Palestina!
Wail merintih: �Engkau benar, Ali, aku terkadang memang seorang pengkhianat. Namun, apa gunanya kebenaran di zaman yang telah terbiasa dengan kesalahan ini?� Kecamuk hati terus meronta. Tergambar wajah luka ibunya. Kegundahan membuncah saat mengangkasa, mengobrol dengan Helen Gern, wanita peneliti dari Amerika yang telanjur jatuh hati pada Palestina. Obrolan itu begitu menohoknya. Tak kuasa didesak kecamuk hati, di New York, ia ambruk. Meregang. Dengan jantung yang sekarat, ia berlari gontai. Dalam samar ia menatap keping-keping kesejatian hidup. Cinta. Perjuangan. "Air mata ibumu, hati saudari kandungmu, negerimu dan agamamu. Bahkan engkau sendiri adalah kehidupan!" Ia terus melawan rasa sakit yang tak terperi. Palestina terus membayang. Akhirnya, Wail jatuh terkapar, diam bersama jantungnya yang terkoyak. Sebuah lantunan indah cinta universal... Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |