|
Sinopsis Buku: Ini dia presiden pertama Indonesia yang lahir dari rahim Pemilu Presiden Langsung 20 September 2004, Susilo Bambang Yudhoyono. Lantas, siapakah Susilo Bambang Yudhoyono yang berhasil meraih pilihan suara hati rakyat pada era reformasi dan demokratisasi itu?
Pria berperawakan tinggi tegap yang memiliki tinggi badan sekitar 175 cm, kelahiran Pacitan, Jawa Timur, 9 September 1949 adalah lulusna terbaik Akabri (1973), akrab disapa SBY dan dijuluki 'Jendral yang Berfikir' (The Thinking General). Penampilannya tenang, berwibawa, serta bertutur kata bermakna dan sistematis. Namanya langsung meroket sejak bergulirnya era reformasi. Pada masa menjabat Kaster ABRI, TNI dihujat habis-habisan. Pada saat itu, sosok SBY semakin menonjol sebagai seorang jendral yang berfikir. Ia memahami pikiran yang berkembang di masyarakat dan tidak membela secara buta institusinya. Dia pun berperan banyak dalam upaya mereposisi peran TNI. Tak mengherankan orang mulai tertarik pada sosok militer yang satu ini. Pada saat institusi TNI dan oknum-oknum militernya dibenci dan dihujat, sosok SBY malah mencuat bagai butiran permata di atas lumpur. Namanya makin menjadi bahan perbincangan publik saat perseteruannya dengan Megawati dan Taufik Kiemas. Pada 11 Maret 2004, ia memilih mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam karena merasa kewenangannya sebagai Menko Polkam telah diambil alih oleh Presiden Megawati Soekarno Putri. Pengunduran diri ini justru menjadi asa bagi SBY untuk membidani lahirnya partai politik baru , Partai Demokrat. Dalam pernyataan setelah tidak menjabat Menko Polkam SBY berujar, "Sesuai dengan hak politik saya, nanti pada saatnya ada partai politik, katakanlah Partai Demokrat dan dengan gabungan partai lain yang mengusulkan saya sebagai calon presiden, insya Allah saya bersedia." SBY memang telah menjadi magnet bagi jutaan rakyat, tutur kata dan senyum lebarnya selalu menjadi ikon di setiap kesempatan. Buku ini mengajak anda untuk mengorek rekam jejak SBY selama berkiprah memimpin negri ini. Ada yang sinis, bernada mencibir, tapi ada pula yang tidak sungkan melemparkan pujian. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |