|
Sinopsis Buku: Panggilan kita untuk memimpin bukanlah suatu panggilan untuk mengambil otoritas atas orang-orang. Alkitab menentang ini, seperti yang dinyatakan di dalam 1 Petrus 5:3: �Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu�.� Melainkan, semua orang percaya dipanggil untuk menempatkan diri mereka sendiri di bawah otoritas, ��tunduklah kepada penatua-penatuamu...� (1 Petrus 5:5, NKJV). Seorang pemimpin hanya memiliki otoritas saat orang-orang yang dipimpinnya itu bersedia memberikan diri mereka.
Ternyata kepengikutan itu lebih jarang daripada yang seharusnya. Banyak orang merasa bahwa mereka terlalu sulit untuk dipimpin oleh siapapun kecuali Tuhan. Sikap seperti ini secara efektif menyatakan bahwa semua nasihat lainnya tidak relevan. Namun Tuhan memilih untuk memengaruhi kehidupan kita melalui hamba-hamba-Nya, para pemimpin kita. Jika kita menempuh sebuah jalan hanya berdasarkan pewahyuan pribadi, dengan mengabaikan bimbingan orang lain, maka kita telah bergabung bersama kerumunan orang gila yang sedang mengarah kepada tujuan yang membahayakan. Kecenderungan untuk mengikuti merupakan sifat dari orang percaya. Kita telah diubahkan dari sifat kambing yang keras kepala menjadi sifat domba yang jinak ketika kita dilahirkan kembali. Ini tercermin dari kemampuan kita untuk dipengaruhi oleh orang lain. Tidak ada orang yang menjadi pemimpin dalam setiap situasi atau di sepanjang waktu. Kadang-kadang kita adalah seorang pengikut, kadang-kadang seorang manajer, dan di lain waktu kita adalah seorang pemimpin. Kita memerlukan kapasitas untuk menerima peran apapun yang dituntut oleh situasi tertentu. Tidak ada pemimpin yang sukses tanpa membuktikan diri bahwa mereka mampu menerima otoritas atas hidup mereka sendiri dalam tingkatan pertumbuhan mereka. Kita akan selalu memiliki orang-orang yang kepadanya kita harus tunduk dan juga memiliki orang-orang yang kita pimpin. Kita adalah kawanan domba-Nya (Mazmur 100:3). Domba itu lembut dan oleh karenanya ia rentan, Kerentanan ini membutuhkan suatu pertahanan, namun yang menjadi pertahanannya adalah hikmat, bukan kekerasan. Domba-domba-Nya seperti burung merpati yang tidak berbahaya, namun cerdik seperti ular. (Matius 10:16.) Sebuah ciri yang kuat dari hikmat ini adalah dapat diajar. Hikmat belajar sepanjang waktu (lihat Amsal 1:5). Inilah kepengikutan itu. Di sanalah terletak tuntunan dan keselamatan kita. �Pemimpin-pengikut� dapat dengan mudah ditemukan dalam tiga panggilan: hamba, prajurit, anak. Ketiga sifat ini nyata dalam para pemimpin besar, namun sayangnya tidak didapati dalam pemimpin yang gagal. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |