|
Sinopsis Buku: Brilian! Stefani Hid telah sampai jauh di depan, menjelajah ranah kreativitas yang bahkan belum mampu diduga para penulis sepantarannya. Tema-tema dan para tokohnya tidak biasa. Stef menghayati kegilaan dan fasih mengisahkannya dengan intensitas yang gila juga. (Sitok Srengenge, penyair).
Meskipun tema dan cerita-cerita Stefani tak lazim, teks teks itu hadir dalam struktur yang tak cerai berai. Karena itu teror, horor, dan segala yang menganggu kehidupan steril, mengalur dan mengalir deras dalam kumpulan cerita yang antihero dan antilogika ini. Stefani justru memilih struktur teks yang aman untuk memunculkan tragik-komik kehidupan yang kompleks. (Triyanto Triwikromo, sastrawan dan redaktur sastra). Dalam menulis cerita, Stefani Hid seperti sedang menggerakkan kuas untuk melukis rasa sakit, dengan pelbagai impresi. Sejumlah cerpennya berusaha membongkar sisi gelap kemanusiaan kita: perilaku dan emosi yang acap kita ingkari sendiri, demi harkat yang mungkin semu. Menghanyutkan sekaligus �menjerumuskan�, namun menyenangkan sebagai sebuah pengalaman membaca. (Kurnia Effendi, penulis cerpen). [Dalam �Penghuni Kepalaku�], untuk menghilangkan perasaan tersebut �aku� malah mulai makan macam-macam obat, minum alkohol dan merokok. Tapi makin mencoba menahan perasaan berdosa, makin hati tokoh �aku� berontak, makin kuat pikirannya kacau berteriak, makin kuat nafsunya untuk menghancurkan diri sendiri dan orang lain. (Dr Monika Arnez, penulis, peneliti dan pengajar sastra Indonesia dan Asia Tenggara). Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |