|
Sinopsis Buku: Perjuangan Hak-hak Perempuan di Universitas
Kampus adalah lembaga pendidikan yang sebetulnya diciptakan untuk menjadi laboratorium pengetahuan dan diharapkan dapat mengeluarkan sumber-sumber daya manusia yang siap terjun ke masyarakat dan tentunya, berperan memberi manfaat pada kehidupan masyarakat baik laki-laki maupun perempuan. Namun perlu dicatat bahwa kenyataan ilmu pengetahuan yang masuk dalam kurikulum di kampus absen dari pengetahuan tentang kehidupan perempuan. Ilmu pengetahuan, terutama dalam ilmu-ilmu sosial masih bias patriarkhi, dapat kita lihat bersama bagaimana perempuan tidak banyak terlibat dalam penciptaan dan pemikiran, perempuan lebih banyak menjadi obyek informasi atau teori. Semua hal itu dilatarbelakangi oleh pendidikan kita yang masih banyak mereproduksi pengetahuan yang biasa gender. Di universitas, relasi gender mengalami kemacetan. Dibandingkan LSM, di kampus-kampus kata gender nyaris tidak terdengar. Bahkan dalam dua dekade ini, hampir seluruh sikap para akademis kampus terhadap masalah-masalah perempuan belum juga menjadi �paradigma akademis�. Mengutip tulisan Rocky Gerung dalam Jurnal Perempuan yang mengangkat tema Pengetahuan Perempuan, menemukan beberapa hal mengapa konsep gender atau feminisme masih sulit diterima di univeritas: pertama, studi gender masih dianggap keanehan akademis, kedua, dianggap sebagai barang impor dari barat, ketiga, divonis sebagai ajaran sesat dalam kerangka final agamis. Ilmu pengetahuan yang bias patriarkhi secara tidak langsung dampaknya menjadi buruk bagi hidup perempuan. Misalnya, bagaimana perempuan dinomorduakan dalam mengakses pendidikan, perempuan dianggap tidak mampu mempergunakan teknologi, dan konkritnya dapat kita lihat bagaimana angka buta huruf saat ini masih lebih banyak dipegang oleh perempuan, kematian ibu melahirkan akibat kebijakan pemerintah dan rumah sakit yang tidak memperhatikan bahwa nyawa ibu adalah nyawa kehidupan manusia, serta bagaimana perempuan lebih banyak yang gagap untuk ikut berpolitik, apalagi memimpin, tidak percaya diri serta sangat bergantung pada laki-laki. Alasan di atas menjadi dasar pemikiran redaksi untuk menerbitkan Jurnal Perempuan dengan tema kaitan antara gender, universitas dan media. Fokus dari tema ini adalah melihat bagaimana peran media massa sekarang yang cukup berhasil �menyihir� masyarakat kebanyakan, dan efektif menjadi contoh kehidupan mereka dibandingkan dengan institusi sekolah. Oleh karenanya penting menekankan pengetahuan khususnya di fakultas ilmu komunikasi yang nantinya akan melahirkan orang-orang yang bekerja di media. Kenyataan media hari ini bukan menjadi berita baik bagi perempuan, karena sebagian besar materi yang diangkat media masih sangat patriarkhis; cenderung melecehkan, memberi stereotip, dan menjadikan perempuan sebagai obyek . Artikel-artikel Jurnal Perempuan kali ini dapat menunjukkan bahwa asal muasal atas keprihatinan media tersebut adalah bersumber dari apa yang telah diajarkan di universitas. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan tentang kehadiran perempuan dalam ilmu pengetahuan; suara siapakah yang lebih didengar dalam melahirkan teori? Apakah laki-laki atau perempuan? Pengalaman siapa yang lebih dilibatkan misalnya dalam melakukan uji coba? Otoritas ilmu macam apa yang lebih didengar dan dipertahankan? Apakah laki-laki atau perempuan. Jawabannya adalah laki-laki. Oleh karena itu, dalam kurikulum di universitas, perlu dikaji kembali tentang bagaimana metodologi pengetahuan itu digunakan. Pengetahuan feminis menggarisbawahi, bahwa ketika pnegetahuan berhasil tidak lagi menggunakan nilai-nilai universalitas, totalitas, rasionalitas, dan esesialis, maka nilai-nilai kehidupan perempuan tidak lagi terabaikan. Kedua, dalam setiap ilmu sosial, harus ditegaskan lagi bahwa identitas perempuan selama ini bukanlah dibangun oleh perempuan sendiri, melainkan oleh sosial, budaya dan agama; yaitu kelemahan, ketidaktahuan, yang terkait dengan sejarah, ras, gender dan kebudayaan yang diproduksi hampir di seluruh dunia. Oleh karena itu, perlu kurikulum atau matakuliah yang mengintegrasikan pengetahuan perempuan; perlunya mengulang realitas hidup yang berangkat dari realitas perempuan. Jurnal Perempuan kali ini menyajikan penulis-penulis yang memiliki pengalaman bagaimana perjuangan mereka mengintegrasikan isu-isu perempuan melalui materi tentang gender, seksualitas, dan kesehatan reproduksi di universitas. Tentu saja banyak tantangan dan keberhasilan yang mereka dapatkan. Selanjutnya, silahkan membaca. (Mariana Amiruddin) Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |