|
Sinopsis Buku: Suara ku-chen di rerumpun bambu,
di hutan kecil bertabur kabut. Selepas subuh, dara melangkah � di tangannya sekeranjang persik dan angin menggelitik, lewat bukit-bukit. Suara ku-chen di antara ilalang, cahaya merebak lewat pepohonan. Selepas pagi, dara berdendang � suaranya menyelusup lewat rerimbun dahan dan dedaunan gerisik, karena angin menggerisik. Nah, lihatlah! Ketika burung mencericit dan dara tertawa pada pagi lembayung muda, ketika angin bertingkah dan menarik-narik ujung gaunnya, selepas pagi, kau pun patah hati. Dongeng Sebelum Tidur (11) Puisi (-puisi) dalam kumpulan ini pada umumnya menampilkan rangkaian citraan yang terang, dan sering menyiratkan bayangan cerita � tak jarang dalam nada lirih, nostalgis�. Ini bukan sajak-sajak yang merayakan bahasa dengan kembang api kata-kata yang berlesatan. Tak tampak usaha susah payah mencari kedasyaratan diksi atau efek bunyi. Pada sejumlah sajak � terutama yang menggunakan petikan legenda dari khazanah Tiongkok sebagai latar � kejernihan dan kesederhanaan ungkapan berhasil mengilaskan momen-momen puitis yang mengesankan. HASIF AMINI (Budayawan) Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |