|
Sinopsis Buku: Setelah diperkosa saat berusia 12 tahun oleh segerombolan tentara Sovyet, ia dianggap sebagai aib dan dibuang oleh keluarga. Bilqis kecil hidup terlunta-lunta seorang diri dari satu kota ke kota lain. Penderitaan Bilqis semakin berat saat terjebak dalam konflik berdarah. Selama bertahun-tahun, ia terus terperangkap dalam drama yang sama: dilecehkan, dihina, dan itu semua karena wajah cantiknya. Namun, benarkah harapan sudah sepenuhnya hilang? Berhasilkah Bilqis meraih kembali kehormatan dan harga dirinya? Sebuah memoar menyentuh yang layak dibaca.
Kisah mengharukan tentang ketegaran dan ketabahan seorang perempuan mempertahankan harga diri dan kehormatannya Tentang Penulis Freidoune Sahebjam, lahir tahun 1933 ialah seorang jurnalis Iran, reporter, dan koresponden perang. Ia tinggal di Paris selama 40 tahun di mana ia bergabung dengan beberapa majalah Eropa. Sahebjam menulis dan melaporkan penderitaan wanita di negaranya sehingga ia divonis mati pada tahun 1979 oleh rezim Teheran. Karya-karyanya antara lain: Je n�ai plus de larmes pour pleurer(1985), La Femme lapid�e (1990), Un Proces sans appel (1992), Le Vieux de la montagne (1995), Morte parmi les vivants (2003), Le dernier eunuque (2004), Princess Persanne (2005). Sahebjam meninggal tahun 2008 dalam usia 75 tahun di Neully-sur-Seine, Paris. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |