|
Sinopsis Buku: Setiap pasangan suami isteri ingin memiliki rumah tangga yang bahagia. Namun ternyata tak semua pasangan dapat merasakannya. Banyak masalah yang dihadapi oleh pasutri. Dimulai dari penyatuan dua kepribadian yang berbeda, hingga masalah yang berkaitan dengan ekonomi ataupun keluarga.
Ada pasangan yang dapat dengan tangguh menghadapi badai pernikahan tersebut. Ada pasangan yang akhirnya memilih jalan masing-masing. Walaupun keputusan tersebut juga tidaklah mudah. Pernikahan seperti roller coaster yang panjang, bergerak lincah tak tahu kapan berhentinya. Jungkir-balik, naik-turun, cepat-lambat. Mendebarkan, serasa jantung akan copot. Bebas menjerit sesukanya tidak ada yang protes. Asyik, takut, menantang, puas sudah berhasil melalui rel yang panjang. Saat menanjak perlahan, berada di titik tertinggi lalu dijatuhkan dengan cepat. Tubuh lemas seketika ingin segera berhenti. Tetapi ternyata laju kereta itu semakin cepat jungkir-balik, tak perduli dengan teriakan. Lalu melambat sesaat, siap-siap diputaran berikutnya. Kereta akan meluncur turun-naik bergelombang tak tentu. Masih saja penumpang terkaget-kaget dengan kejutan, walaupun sebelum naik sudah menonton penghuni sebelumnya. Begitu pula dengan pernikahan, walaupun sudah mempersiapkan diri sejak duduk di bangku kuliah tetap saja masih terkejut. Ilmu-ilmu seminar keputrian yang rajin diikuti, majalah-majalah, buku-buku bahkan tarbiyah dari murabbi kadnag tak membuat seorang wanita siap 100%. Kenyataannya memang banyak wanita yang beranggapan bahwa pernikahan itu seperti fairy tale. Saat wanita menikah, ia membawa daftar harapan. Beberapa ada yang tidak realistis, beberapa fantasi yang di dapat dari film, buku, TV dan lain sebagainya. Tetapi teryata harapan tidak sesuai dengan yang dialami. Ketika kenyataaan tak sesuai daftar harapan tersebut, wanita mulai berpikir menikah dengan orang yang salah. Dan dengan setiap kekecewaan tersebut wanita mulai berpikir pernikahan tersebut tidak akan berjalan. Untuk itulah buku ini ditulis, sebagai kado pernikahan untuk berbagi kepada sesama pasangan suami isteri baik yang baru menikah ataupun yang telah beberapa tahun menikah. Resensi Buku:
Kado Pernikahan Untuk Suami Istri oleh: Meidya Derni Sumber: Republika 27 Febuari 2009 Judul buku: Catatan Cinta Seorang Istri Penulis: Meidya Derni Penerbit: Lingkar Pena Kreativa Cetakan: I, Januari 2009 Tebal: 198 hlm Setiap pasangan suami istri ingin memiliki rumah tangga yang bahagia. Namun ternyata, tidak semua pasangan dapat merasakannya. Banyak masalah yang dihadapi pasangan suami istri (pasutri). Dimulai dari penyatuan dua kepribadian yang berbeda, hingga masalah yang berkaitan dengan ekonomi ataupun keluarga. Ada pasangan yang dapat dengan tangguh menghadapi badai pernikahan. Namun ada pula pasangan yang akhirnya memilih jalan masing-masing, walaupun keputusan tersebut tidaklah mudah. Dalam buku ini penulis mengemukakan, kenyataannya, memang banyak wanita yang beranggapan bahwa pernikahan itu seperti fairy tale. Saat wanita menikah, ia membawa daftar harapan. Beberapa dari harapan yang tercantum itu kadang ada yang tidak realistis. Beberapa lebih menyerupai fantasi yang didapat dari film, buku, televise dan lain sebagainya. Dan ternyata, memang harapan akan sering tidak sesuai dengan yang dialami. Ketika kenyataan tak sesuai daftar harapan tersebut, wanitamulai berkesimpulan bahwa ia telah menikah dengan orang yang salah. Dengan setiap kekecewaan tersebut wanita mulai berpikir bahwa pernikahannya tidak akan berjalan dengan baik. Penulis buku ini mengemukakan, bahwa sebagai seorang istri, ia pun pada masa-masa awal pernikahan menghadapi kehidupan rumah tangga yang tidak mudah. Kesedihan, kegalauan, kemarahan dan pertengkaran dengan suami, pernah dia lalui. Bahkan ia pernah bertanya pada diri sendiri, apakah ia telah salah melangkah, salah dalam mengambil keputusan. �Nikah itu seperti seperti naik roller coaster harus siap dijungkirbalikkan, siap muntah-muntah, kapok, bahkan, akan mati jika terjatuh,�� demikian ungkapnya. Karena itulah ia menuliskan buku ini sebagai kado pernikahan untuk berbagi kepada sesama pasangan suami istri baik yang baru menikah, ataupun yang telah beberapa tahun menikah. �Saya tuliskan hari-hari kelabu saya hingga akhirnya saya menemukan kembali pelangi di kehidupan saya. Walaupun saya masih terus belajar untuk itu, karena pernikahan bagi saya adalah sebuah pelajaran kehidupan yang hanya Allah saja yang mengetahui masa depannya,� tuturnya. Penulis membagi bukunya menjadi empat bab. Dimulai dari babI, keterpurukan, yang memaparkan persoalan-persoalan yang diawali oleh penulis pada awal-awal pernikahannya dan membuatnya merasa tidak bahagia. Apalagi ia dan suami tinggal di Amerika Serikat, negeri yang secara kultur berbeda dengan Indonesia. Di sini ia mengungkapkan hal-hal yang menjadi ranjau-ranjaupernikahan. Misalnya selera makanan yang berbeda, hingga kebiasaan yang berbeda. Sang suami lebih senang menyendiri, berjam-jam di depan komputer dan pekerjaannya. Sedangkan ia tidak suka menyendiri. Ia senang berkumpul bersama teman-teman ataupun hadir di acara-acara pertemuan. Ia senang bergaul, berkenalan dengan banyak orang. �Hari-hari kelam saya lalui hingga akhirnya saya menemukan cahaya yang membawa saya keluar dari keterpurukan. Cahaya yang ternyata tersimpan di diri saya sendiri dan saya tak menyadarinya. Bahwa ternyata, kebahagiaan saya dibuat dan ditentukan oleh saya sendiri, bukan oleh suami saya. Saya yang bertanggung jawab terhadap kehidupan saya sendiri. Sayalah yang menjadi bos bagi diri saya sendiri, sehingga saya dapat menyadari kehebatan yang ada pada diri saya.�� (hlm 20) Bab II mengupas jalan kebahagiaan. Ada banyak harapan dan perbedaan pada awalnya, namun begitu kita bisa menerima pasangan kita apa adanya, dan berdamai dengan kenyataan, segalanya jadi lebih mudah, kebahagiaan pun bukanlah sesuatu yang jauh untuk digapai. �Ketika saya dapat menghormati dan menerima perbedaan tersebut, maka saya dapat memberikan kesempatan untuk menumbuhkan rasa pengertian di antara kami.� (hlm 32) Bagian III , menjaga kebahagiaan. Di bab ini penulis membagi berbagai tips menjaga kebahagiaan, termasuk tips harian. Salah satu cara terpenting adalah bersyukur. ��Ah, bersyukur! Alhamdulillah, itulah resep untuk mendapatkan apa yang saya inginkan.�� (hlm 153) Penulis menutup bukunya dengan bab IV yang intinya mem bahas bahwa ia dan suami masih terus berproses untuk menciptakan rumah tangga yang bahagia. ��Sampai saat ini kami pun masih menemukan krikil-krikil dalam kehidupan sehari-hari, karena saya tahu, tidak ada manusia yang sempurna. Bahkan kami masih menemukan banyak sekali perbedaan di antara kami. Tetapi ketika saya dapat menghormati dan menerima perbedaan tersebut, maka saya dapat memberikan kesempatan untuk menumbuhkan rasa pengertian di antara kami.�� (hlm 174) Buku ini sangat penting dibaca oleh setiap calon pasangan suami istri, agar lebih siap menempuh kehidupan rumah tangga, sehingga mampu meraih kebahagiaan yang mereka impikan. Bahkan, buku ini juga perlu dibaca oleh mereka yang sudah sekian lama menikah, untuk merajut kembali serpihan-serpihan kebahagiaan yang mungkin sudah berserakan. � ika Add your review for this book! Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |