|
Sinopsis Buku: �Tak ada yang sia-sia dari pemberontakan. Dan tak ada yang langgeng dari ketidakadilan. Ia selalu melahirkan pemberontak dengan beragam jenis modelnya. Dan menurutku, menggerus ketidakadilan adalah dengan cermin yang dipajang di muka sang antagonis. Beri ia bayangan dari aksimu yang persis sama. Di kurun maha kacau ini, kata maaf tidak lagi memiliki kekuatan untuk mengerakkan revolusi. Ketika nurani menjadi tumpul oleh lapisan daki berlapis-lapis, ketika hak kuasa menjadi satu-satunya barang yang dituju dan diimpikan, apa yang kita harap dari sederet huruf maaf.�
Itulah prinsip yang dipegang Jora, perempuan santri si tokoh utama novel Geni Jora. Dengan itu, ia melawan perlakuan-perlakuan tidak adil terhadap perempuan, yang telah dibungkus oleh budaya patriarki, dalam bahasa agama dan jubah tradisi. Dengan latar dunia pesantren di Jawa, melanglang ke alam dan budaya Timur Tengah dan Maghribi, diekspresikan melalui bahasa yang lincah, cerdas, nakal, dan jenaka, Abidah membalut pemberontakan gendernya dalam jalinan kisah cinta dan pencarian diri yang kompleks dan memikat. Cita rasa Abidah yang puitis sangat memengaruhi dalam menulis fiksi. Tidak berlebihan jika ia dianggap sebagai salah satu novelis terbaik di Indonesia. Novel-novelnya bahkan dapat dinilai sebagai puncak sastra Islami. �Republika Dengan memanfaatkan wawasan mengenai latar material dan latar tempat di Timur Tengah, pengarang menampilkan tokoh Jora sebagai bentuk perlawanan terhadap tata nilai patriarkat. Nada sinis dengan gaya bahasa yang terkadang agak hiperbola, justru memperkuat tema yang diusungnya. Sebuah gugatan yang menuntut perlakuan yang adil terhadap kaum perempuan. �Dewan Juri Sayembara Menulis Novel DKJ 2003 Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |