|
Sinopsis Buku: Tragis! Itulah kata yang tepat atas kilas balik sejarah penguasa Orde Baru pada tanggal 21 Mei 1998. Apakah ini balasan untuk Soeharto atas perlakuannya terhadap Sukarno?
Tidak banyak orang yang dapat menduga bahwa saat perahu sang pemimpin mulai tenggelam, para anak emas Soeharto berlarian meninggalkannya, mencari kapal penyelamat. Buku ini ditulis agar para pemimpin selalu ingat, sejatinya kepentingan rakyat adalah di atas segala-galanya. Pada tahun 1998 Soeharto merasa lega karena telah 'terpilih' dan sedang menjalani masa jabatan ketujuh sebagai presiden. Namun, pada saat itu, orang-orang dekat yang ia percaya justru mengkhianatinya. Ada apa? Melalui pelacakan jurnalistik yang jeli, buku ini mencoba menjawab pertanyaan penting tersebut. - Dr. Baskara T. Wardaya, SJ., Sejarawan, Direktur PUSdEP (Pusat Sejarah dan Etika Politik), Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Kita harus melihat kapan reshuffle dilakukan dan siapa saja yang terkena. Tetapi, saya kira reshuffle itu harus dilakukan, karena waktu itu banyak menteri yang bukan membantu Soeharto, tetapi malah harus dibantu Soeharto. - K.H. Yusuf Hasyim, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, Tebuireng, Jombang, Jawa Timur "Saya bilang pada Mbak Tutut, maafkan saya," pinta Ginandjar Kartasasmita, Ketua Dewan Perwakilan Daerah yang datang melayat Soeharto bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bekas Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri di kabinet terakhir Soeharto itu perlu meminta maaf. Soalnya, bersama dengan menteri yang lain ia pernah menyampaikan pengunduran diri pada saat genting menjelang kejatuhan rezim Orde Baru. "Mungkin keluarganya merasa peristiwa itu sebagai dosa atau kesalahan." - Koran Tempo, 28 Januari 2008 Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |