|
Sinopsis Buku: Penaklukan dan pendudukan Jepang atas Hindia Belanda merupakan peristiwa yang membawa perubahan besar yang menyeluruh bagi pergerakan nasional dan juga bagi Soekarno sendiri. Jepang memutuskan kesinambungan kekuasaan Belanda dan menempatkan kekuatan-kekuatan nasionalisme Indonesia pada jalan baru yang arahnya belum dapat diduga. Bagi Soekarno, perubahan ini mengakhiri pengasingannya. Mengembalikannya ke tengah gelanggang kehidupan politik dan menghadapkannya pada masalah-masalah politik dan moral yang sulit. Dia tidak lagi berdiri sebagai pihak oposisi, tetapi sudah mempunyai kedudukan formal sebagai wakil pendapat umum kaum nasionalis. Pada zaman pendudukan Jepang ini, Soekarno adalah pemimpin tanpa tantangan dari rakyatnya.
Permasalahannya apakah perkembangan ini lebih memiliki arti penting bagi perubahan pribadi Soekarno daripada pergerakan nasional secara menyeluruh? Pendudukan Jepang merupakan sesuatu yang mendadak dihadapkan kepada Soekarno; pendudukan ini bukan sesuatu yang diciptakannya, seperti dia membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI), dan jauh kemudian membangun demokrasi terpimpin dengan satu perintah politik. Dia menghadapi keadaan ini dan memanipulasi perkembangan situasinya. Situasi ini ternyata cocok dengan keahliannya yang istimewa. Jauh lebih cocok ketimbang situasi lingkungan zaman kolonial Belanda. Jepang menduduki Indonesia dengan cara politik tingkat tinggi, melalui organisasi-organisasi massa, upacara-upacara kebesaran dan indoktrinasi ideologi. Jepang memberikan lebih banyak ruang bagi seorang agitator seperti Soekarno. Soekarno yakin kemerdekaan Indonesia dapat dicapai dengan satu atau jalan lain lewat pendudukan Jepang, dan dia tetap teguh pada keyakinan itu, meskipun politik pendudukan Jepang semakin keras dan nampaknya teguh menolak setiap konsesi. Sesungguhnya keyakinan dan kepercayaan diri yang sangat kuat diperlukan pada tahun-tahun itu. Seperti pada umumnya terbukti bahwa pandangannya ini akhirnya tepat. Usaha-usahanya untuk mengekang kekuasaan Jepang, dan keyakinannya yang kukuh bahwa dia pada akhirnya akan mencapai tujuannya lewat pendudukan ini membenarkan penilaian bahwa pada periode ini Soekarno cukup tahu arah-tujuannya dan dengan caranya sendiri membentuk satu lingkungan pengaruh bagi dirinya. Politik kolaborasi memang tidak luput dari kontroversi. Buku ini berusaha menyajikan rekam jejak kronologis perjuangan politik kolaborasi Soekarno dengan Jepang. Diawali dengan pelariannya dari Bengkulu menuju Padang yang melepaskan status pengasingannya. Di Padang, Soekarno menyatakan kesediaannya bekerja sama dengan Jepang melalui Fujiyama. Kesepakatan itu berkat peran Sakaguchi. Karena kondisi di Jakarta tidak kondusif, Imamura meminta Fujiyama agar mengantarkan Soekarno ke Jakarta. Sebelum bertemu dengan Imamura, Soekarno, Hatta, dan Syahrir merumuskan strategi kerja samanya, di mana Hatta dan Syahrir kemudian inkonsisten. Pertemuan dengan Imamura merupakan penegasan kesediaan kerja sama Soekarno dengan Jepang. Setelah kerja sama disepakati, Soekarno menerima beberapa konsesi yang berguna bagi perjuangan bangsa Indonesia. Dari konsesi itu, Soekarno nampaknya terlalu jauh membantu Jepang, sehingga setiap kebutuhan Jepang diturutinya. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |