|
Sinopsis Buku: Anak adalah dambaan setiap pasangan yang membina rumah tangga. Ketika tangis pertamanya hadir, air mata bahagia terpancar di wajah kita sebagai orangtua. Selanjutnya anak menjadi tumpahan kasih sayang kita. Senyum pertamanya, gerakan pertamanya, kata pertamanya, langkah pertamanya, kalimat pertamanya, semua terekam baik dalam ingatan, foto maupun videonya. Ia tampak begitu manis dan memesona.
Namun, anak tidak hanya punya sisi lucunya saja, ia juga memiliki sisi yang sangat tidak lucu. Ketika tiba saatnya ia harus mengenal dunia sekolah (Play Group atau TK), ternyata tidak semulus yang kita bayangkan. Anak yang manis itu, ternyata tidak mau ditinggal di sekolah. Ia memegang erat baju kita, dan mengikuti kemana pun langkah kita. Ketika ibu / bapak gurunya membujuk agar ia masuk kelas dan bergabung dengan teman-temannya, ia mulai menangis. Semakin keras upaya kita membujuk, semakin keras tangisnya. Bagaimana ini? Apa yang terjadi? Apa yang salah? Apa yang harus kita lakukan? Semakin kita telusuri, semakin membingungkan. Mengapa gejala itu hanya muncul di sekolah? Apa yang telah sekolah lakukan pada anak kita? Saat bertambah besar, makin banyak masalah yang mulai timbul pada anak. Sebagai orang tua kita seringkali bingung menghadapi tingkah laku anak. Hal itu terjadi karena kita memperlakukan anak seperti orang dewasa yang bertubuh mini. Buku ini akan menunjukkan bahwa masalah pada anak bisa jadi berasal dari alasan yang sepele. Mengapa? Karena mereka adalah anak-anak. They�re just kids. Setiap permasalahan yang muncul harus segera diselesaikan, tetapi terkadang kita merasa terjebak dan bingung harus mulai dari mana. Kehadiran buku ini diharapkan menambah koleksi dan kekayaan batin dalam menangani permasalahan anak dan dapat menjadi inspirasi bagi setiap orang tua yang ingin menangani putra-putrinya dengan lebih baik. Buku ini dibagi ke dalam 3 bagian besar. Bagian pertama mengajak kita untuk melepaskan diri dari segala topeng yang kita kenakan dalam mengasuh anak. Topeng sebagai orang tua yang serba tahu sehingga lupa bahwa apa yang kita pikir mudah ternyata sulit bagi anak. Topeng sebagai orang dewasa yang mandiri sehingga seringkali menuntut kemandirian yang kurang realistis dari anak. Oleh karena itu, kita dituntun untuk melihat bayi mungil dan tak berdaya itu adalah sebuah anugrah yang terindah dari Tuhan. Kita mengasuh mereka dengan trial and error dari beberapa metode pengasuhan anak yang kita ketahui dan kita alami sendiri. Kriteria diri (personal criteria) ini paling mewarnai pola pengasuhan yang kita lakukan, sehingga kita lupa bahwa ia bukan kita. Ia memiliki keunikannya sendiri. Bagian kedua mengajak kita meneropong beberapa kasus yang terjadi pada anak. Kasus diulas dari latar belakang munculnya masalah dan penyelesaian yang pernah dilakukan. Berbagai masalah yang mungkin akan dialami oleh buah hati kita antara lain: � prestasi akademiknya rendah � prestasi akademiknya tidak optimal � tidak bisa berkonsentrasi � mogok sekolah � selalu berteriak-teriak � pemalu, manja, dan cengeng � tantrum (menangis histeris) � trauma � stres Bagian ketiga mengajak kita melakukan renungan atas apa yang telah kita lakukan. Kita mulai dengan melakukan general check up atas diri kita sendiri. Apakah saya orang yang sabar, tertib, mudah cemas, gampang kesal, cenderung menyalahkan orang lain dan lain sebagainya. Kita harus menyadari dan menerima keadaan bahwa kita bukan supermom atau superdad. Oleh karena itu, setelah kita mengenal kekuatan dan kelemahan kita sendiri, kita menjadi lebih memahami apa yang membuat anak kita seperti ini. Dengan kata lain, cara berpikir, berkata, dan bersikap anak kita, sebenarnya mengimitasi cara kira berpikir, berkata, dan bertindak. Selanjutnya kita harus mencari referensi kemana meminta bantuan agar dapat lebih mengembangkan potensi, minat dan bakat putra putri kita. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |