|
Sinopsis Buku: Yin tersenyum, "Anda memang benar-benar Bapak Wijayakusuma..."
"Merupakan sebuah kehormatan besar bagi saya untuk bertemu Anda, Nona Yin Mei Fang; informan terhebat dari Alpha dan Omega," ujar Wijayakusuma sambil menjulurkan tangan, hendak bersalaman. Yin mengacungkan pistolnya ke arah dahi Wijayakusuma sambil berkata, "Faktor ketiga yang akan menjadi pemenang ..." Wijayakusuma baru menyadari bahwa yang di hadapannya bukanlah Yin Mei Fang, melainkan orang lain! "A .. a .. anda adalah ...!" Peluru melesat kencang menuju dahi, berputar sangat cepat mengebor tulang seolah menggali kuburnya sendiri, bersemayam di dalam kepala Wijayakusuma untuk sepersekian detik kemudian membuat jalan keluar melalui tempurung kepala belakang, menembus! Wijayakusuma roboh ke lantai, menghembuskan nafasnya yang terakhir. Proses hidup normal itu telah dilalui sang gadis, mencicipi pengalaman demi pengalaman, pahit maupun manis. Namun ada sesuatu yang hilang dalam dirinya ... entah apa. *** Barangkali tidak berlebihan bila kami menyebut DIGITARIUM, karya perdana Baron, adalah sebuah keberanian baru yang melahirkan genre Novel Aksi pertama di Indonesia. Sebagai penulis muda, Baron secara inovatif memperlihatkan kepiawaiannya menelusuri bidak-bidak imajinasi dan meramunya menjadi simpul-simpul aksi yang menguras adrenalin. Dikemas dalam tradisi "The Matrix", "Soprano", dan "James Bond" sekaligus, DIGITARIUM mengantar kita ke dalam surealisme, pas di tepi jurang antara kebaikan dan kejahatan. Membaca DIGITARIUM persis meneguk secangkir kopi tubruk panas. Kita tidak akan berhenti, kalau belum merasakan bubuk kopi di dasar cangkir. Lumat hingga tuntas, saking serunya. - Kafi Kurnia Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |