|
Resensi Buku:
The Secret Life Of Bee oleh: Asriani Purnama Hampir 15 tahun Lily Owens tinggal bersama T-Ray, ayahnya. Di mata Lily pria itu tak pantas untuk dipanggil dengan sebutan ayah. Karena T-ray pun tak pernah memperlakukannya seperti anaknya. Tak jarang perlakuan kejam dan kata kata kasarT-ray yang menyakiti Lily. Dibandingkan mengurus Lily, T-ray lebih peduli pada bisnis buah persiknya. Lily tak pernah punya kesempatan untuk menyampaikan protesnya dan semua hal itu membuat kerinduan Lily pada sosok ibunya semakin membesar setiap harinya. Sayangnya kenangan tentang wanita itu tak banyak tersisa dibenak Lily. Saat ibunya meninggal, ia baru berumur empat tahun.Yang tersisa hanyalah foto ibunya dan sarung tangan katun putih yang disimpannya dalam sebuah kaleng Adapun Rosaleen, wanita keturunan Afrika-Amerika yang menjadi pengasuh sejak kecil tidak bis adibilang sebagai ibua asuh yang baik. Ada hal-hal yang membuat Lily terkadang benci padanya. Mungkin karena pembawaan Rosaleen yang angkuh dan blak-blakan yang tak kunjung berubah. Sofatnya ini pula yang menyebabkan insiden dengan tiga pemuda berkulit putih tak terelakkan. Kejadian ini tak hanya membuat dirinya dipenjara ia bahkan harus mendapatkan perawatan di rumah sakit dengan pengawasan langsung dari polisi. Melihat hal yang terjadi pada pengasuhnya, Lily merasa harus mengambil tindakan. Dengan rencana liciknya, Rosaleen pun berhasil dibujuknya untuk kabur. Mereka meninggalkan T-Ray menuju Tiburon, South Carolina. Mengapa memilih Tiburon? Kota inilah yang tertulis dibelakang foto ibunya. Lily yakin kot aini pernah dikunjungi oleh ibunya saat muda dulu. Tidak hanya itu, dari foto ibunya jugalah yang membawanya ke rumah tiga kakak beradik, August, June dan May yang memelihara lebah. Beruntung, mereka bersedia menampung Lily dan Rosaleen yang menyembunyikan identitas aslinya dan mengarang sedikit cerita. Di rumah inilah Lily mengenal dunia lebah, madu dan Black Madonna. Kehidupan baru yang membuatnya terpikat. Dengan cepat ia menyesuaikan diri dengan semua dengungan para lebah dan semua kegiatan rutin yang dilakukan oleh kakak beradik. Perlahan satu demi satu rahasia tentang ibunya terungkap. Novel ini ditulis dengan latar kehidupan Amerika, musim panas tahun 1964 saat diskriminasi terhadap orang-orang kulit hitam terjadi di mana-mana. Satu insiden yang melibatkan Rosaleen hanyalah satu dari banyak perilaku yang harus dialami oleh warga Amerika keturunan Afrika-Amerika saat itu. Dari artikel-artikel di Wikipedia, orang-orang kulit berwarna masih banyak hal-hal kekejaman rasisme yang terjadi. Berangkat dari dari rasa geram melihat semua ketidak-adilan tersebutlah, Sue Monk Kid berjanji �membalas dendam� melalui tulisannya. Buku ini juga yang membuat saya kembali membuka file �file lama tentang rasisme sampai artikel tentang Martin Luther King. Tokoh-tokoh di dalamnya memiliki keunikan masing �masing. Baik Lily sampai T-Ray sekalipun. Mereka semua memiliki peran yang memainkan emosi saya sebagai pembaca.. Adapun Rosaleen adalah tokoh yang membuat saya tidak jarang tersenyum dengan semua celutakannya. Membuat saya teringat semua pengasuh yang ada di buku maupun di telenovela yang pernah diputar di TVRI jaman SD. Yang tidak kalah menarik adalah kisah mendalam tentang lebah yang membungkus kisah Lily di setiap babnya. Setelah beberapa bab berlalu akhirnya saya mengerti setiap kutipan tentang lebah adalah gambaran dari isi di setiap bab. Add your review for this book! Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |