|
Sinopsis Buku: Wanita Gagah Perkasa atau Giok Lo Sat atau Pek Hoat Mo Lie merupakan salah satu serial Thiansan (Liang Ie Shen).
Cuplikan bab 1: Pada suatu hari di bulan sembilan dalam musim rontok ketika di jalan pegunungan Taypa san di perbatasan kedua propinsi Soetjoan dan Siamsay tampak bererot jalan serombongan kereta tengah menuju ke arah barat. Orang yang jalan terdepan adalah satu penunggang kuda yang dandan sebagai satu boesoe, seorang yang mengerti ilmu silat.Dalam sebuah kereta keledai, di tengah-tengah rombongan itu ada berduduk seorang tua umur kira-kira enam puluh tahun, dandanannya sebagai seorang bekas pembesar negeri, sikapnya agung. Sebagai pakaian luarnya adalah selembar mantel.Satu penunggang kuda mendampingi kendaraan orang tua ini, usianya masih muda, romannya cakap dan gagah, sedang sebilah pedang di pinggangnya saban-saban berbunyi sendirinya disebabkan goncangan kudanya yang tinggi dan besar itu.Orang tua di dalam kendaraan itu bernama To Tiong Liam, bekas tjongtok (gubernur jenderal), dari kedua propinsi Inlam Kwiesay.Baru saja dia meletakkan jabatannya. Dia dapat dikatakan tepat juga dengan namanya (Liam sederhana), sebab walaupun berpangkat besar tetapi dia tidak rakus, cocok dengan pepatah: "Sam lian tjeng tiehoe, Sipban soat hoa gin" atau "Tiga tahun menjadi residen yang putih bersih, hartanya toh sepuluh laksa tail perak putih bagaikan salju". Memang, sebagai tjongtok dia tidak usah serakah atau rakus, dengan hasilnya dari uang komisi dan hadiah dari pelbagai sebawahannya saja sudah tidak sedikit. Maka itu, untuk pulang ke kampung halamannya sekarang, dia minta bantuannya beberapa piauwsoe atau pelindung, untuk melindungi padanya di sepanjang jalan.Melainkan pemuda di dampingnya itu, yang romannya cakap dan gagah bukanlah salah satu piauwsoe, dia ikut mengiringnya karena suatu sebab lain.Bekas tjongtok To Tiong Lam ini orang asal Siamsay Utara, dari keluarga berpangkat turun-temurun, tidak hartawan besar tapi dalam kecukupan, selalu dari turunan tunggal, seperti sekarang dia hanya mempunyai satu anak dan satu cucu. Puteranya itu, Kee Hian namanya, menjabat pangkat di kota raja sebagai Houwpou sielong, ketua muda Departemen Pendapatan dan Penduduk. Sedang cucunya, yang bernama It Hang, mengikuti ayahnya berdiam di kota raja.To It Hang sudah berumur delapan atau sembilan belas tahun, seorang pemuda yang cerdik, dia sangat disayang oleh engkongnya. Maka itu, ketika Tiong Liam meletakkan jabatannya, ia telah tulis surat kepada puteranya, Kee Hian, minta supaya cucunya diantar pulang ke kampung halamannya. Di luar dugaannya, bukan cucunya yang datang tetapi seorang pemuda cakap dan beroman gagah yang menjenguk padanya.Pemuda ini, yang perkenalkan diri sebagai Keng Tjiauw Liam, membawa serta suratnya Kee Hian, yang menerangkan bahwa, karena It Hang sedang belajar keras untuk menempuh ujian, tak dapat dia pulang. Dan tentang Tjiauw Lam ini, dalam surat itu diterangkan sebagai teman sekolahnya It Hang, dia mengerti ilmu silat, kebetulan dia hendak pergi ke Siamsee, maka ia minta sang ayah ajak dia bersama.Hanya mengenai Tjiauw Lam ini, Tiong Liam merasa aneh dan lucu. Tjiauw Lam katanya belajar bersama It Hang, tetapi ketika ditanya ini dan itu yang berhubungan sama ilmu sastera, pemuda ini lebih banyak menjawab "tak tahu". Maka ia anggap kalau satu sasterawan meyakinkan ilmu silat, pasti ilmu silatnya tidak sempurna, kedua-duanya akan menjadi kepalang tanggung. Tapi yang membuat ia heran dan tidak mengerti ialah beberapa piauwsoe yang ia sewa itu, semuanya bersikap sangat hormat kepada pemuda ini. Inilah yang ia sangat tak mengerti! ***Soft Cover, Kertas HVS Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |