|
Sinopsis Buku: Kisah Pedang Bersatupadu atau Lian Kiam Hong In merupakan salah satu serial Thiansan (Liang Ie Shen).Cuplikan bab 1:Itulah kira-kira jam tiga pagi ketika sang Puteri Malam, yang sudah doyong ke arah barat, masih menyinari sebuah bangunan yang berukiran dengan jendela-jendela hijau dan pintu-pintu merah indah. Sang malam pun sunyi sekali. Gedung itu ialah yang dikenal sebagai Koenmahoe, gedung menantu Bhok Kokkong.Malam sudah larut demikian rupa akan tetapi sampai itu waktu di dalam istana itu, di atas lauwteng, ada seseorang yang masih belum tidur, dia bahkan sambil menyender kepada loneng tengah memandangi sebilah pedang dengan pikirannya bergelombang.Siapakah dia?Tak lain tak bukan, dialah Koenma, menantu yang manis, dari Bhok Kokkong ialah Tiat Keng Sim.Keluarga Bhok itu bertugas melindungi keselamatan dan kesejahteraan propinsi Inlam, sebuah wilayah di tapal batas, dan telah turun temurun kedudukannya adalah sebagai kokkong atau hertog.Semenjak Kaisar Beng Thaytjouw yang bernama Tjoe Goan Tjiang, Bhok Eng telah dianugerahkan gelaran raja muda Kimleng Ong, lalu puteranya, yang menjadi generasi kedua, memperoleh gelaran kokkong itu, terus turun temurun. Hingga tiba pada kokkong yang sekarang ini, sudah berjalan tujuh turunan. Hertog yang sekarang bernama Tjong dan ia memangku pangkatnya itu sudah dua puluh tahun.Bhok Tjong telah berulangkali mendirikan jasa, hingga dia dihargakan rajanya. Sebab raja pun hendak mengambil hatinya, walaupun kedudukannya sebagai hertog belum dinaiki, disebabkan leluhurnya pernah menjadi raja muda (ong), dia diperkenankan menggunai tata cara sebagai raja muda itu.Bhok Tjong ini mempunyai dua orang anak, satu laki-laki, satu lagi wanita. Sang putera diberi nama Lin, dan sang puteri, Yan. Dan Tiat Keng Sim telah menikah sama Bhok Yan. Maka itu, menurut tata krama kaum pangeran (ong), dia menjadi koenma.Adalah wajar, siapa menjadi koenma, mestinya dia berbahagia sekali. Dia berkedudukan mulia, makan pakainya melebihkan segala kecukupan. Bahkan untuk Keng Sim ada kelebihannya lagi, ialah isterinya cantik dan sangat menyinta padanya. Kenyataannya tapinya tidaklah demikian. Dia merasakan suatu kekurangan dan karenanya dia seperti kehilangan kegembiraannya.Kenapakah? Adakah dia mencelah isterinya?Tidak!Bhok Yan cantik dan manis bagaikan bidadari, ia mengarti ilmu surat dan ilmu silat, ia sembabat bila dibanding sama Keng Sim. Sifat mereka pun hampir bersamaan. Dapat mereka menabu khim di bawah sinar rembulan atau main catur di ranggon mereka, ataupun bersama-sama melukis gambar di dalam taman. Lebih daripada itu, mereka pun saling menyintai. Tapi justeru segala kecukupan itu, semua penghidupan yang manis itu, yang mengganggu hatinya. Ia merasa, oleh karena hidup bahagia dan mewah itu, hidup tenteram tetapi menganggur, cita-citanya yang luhur, semangatnya yang menyala-nyala seperti mendapat rintangan.Demikianlah seorang diri itu, di malam yang indah tetapi sunyi itu, ia seperti menggadangi si Puteri Malam. Ia pun mengawasi pohon-pohon bunga. Sambil menghela napas, ia berkata seorang diri: "Dengan tahun ini maka sudah tujuh musim semi aku lalui di dalam istana Koenmahoe ini... Selama tujuh tahun itu, kecuali membuat syair dan karangan, ada apakah lagi?"Maka terkenanglah ia kepada masanya ia masih merdeka, bagaimana ia mundar-mandir dalam dunia kangouw, bagaimana itu menggembirakannya.Tengah ia ngelamun itu, tiba-tiba di otaknya berbayang wajahnya seorang nona. Maka menyeringailah dia. Katanya di dalam hatinya: "Sin Tjoe menyamakan aku dengan bunga mawar di Kanglam. Sekarang ini benar bukannya di Kanglam, tetapi dengan berdiam di dalam istana kokkong, bukankah aku seperti bunga mawar juga?"Masih koenma ini ngelamun tatkala ia merasakan hidungnya mengendus bau yang harum, hingga dengan sebat ia memutar tubuhnya, berbalik ke belakang, karena dari belakang datangnya bau semerbak itu. Maka itu melihatlah ia isterinya, yang berdiri dengan wajah tersenyum manis serta mata mengawasi kepadanya.***Soft Cover, Kertas HVS, Boks: 3 Jilid Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |