|
Sinopsis Buku: Kontributor:
Charlotte Setijadi, Christopher Nugroho, Christine Susanna Tjhin, Ester Indahyani Jusuf, Fabiola Desy Unidjaja, Frans Wibawa, Hendri Kuok, Ignatius Haryanto, Ivan Wibowo, Kristan, Meilisa Husein, Muhammad Gatot, Ponijan Liaw, Robertus Robet, Suma Mihardja, Surya Tjandra, Susanto, Sutta Dharmasaputra, Ulung Rusman, Wahyu Effendi Siapapun itu generasi muda Tionghoa, entah brondong, brownies, cu-pu, ci-ca, pacinkodan sales paham betul kalau mereka pun terikat dan punya rasa memiliki negeri ini: Indonesia. Mereka bukan numpang atau nebeng doang. Buku ini adalah suara-suara mereka itu. Suara-suara dari relung jiwa, kristal-kristal pemikiran para Tionghoa muda yang tersebar dan berserakan di berbagai media massa. Mereka menyikapi aneka problema bangsanya. Mulai problema klasik menyangkut keberadaan mereka sendiri seperti diskriminasi, rasisme, identitas, keterwakilan politik, khonghucu, imlek sampai dengan persoalan besar bangsa, yaitu korupsi, militerisme, perburuhan, hukum, media, politisi busuk, pemilu, pilkada, kebudayaan nasional, lembaga legislatif, lembaga eksekutif, gender, dll. Bahkan soal yang kelihatan sepele tapi berdampak raksasa, misalnya distribusi barang kebutuhan sehari-hari.Dari aneka pemikiran dalam buku ini nampaklah bahwa justru jalan yang mereka tempuh itulah yang dapat disebut sebagai suatu “Protokol Keselamatan†baru bagi orang-orang Tionghoa. Suatu protokol yang berbeda dengan yang selama ini dikenal dan diajarkan turun temurun: mengalah, menghindar, bersembunyi serta mencari perlindungan, termasuk mengingkari identitasnya, menebar sumbangan, mengaku anak angkat jendral ini atau keponakan tokoh itu. Pemikiran dan tindakan generasi muda Tionghoa sebagai anak bangsa dan pergulatan mereka dengan aneka persoalan bangsanya, tercermin dalam buku ini. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |