|
Sinopsis Buku: Jake, veteran Amerika yang pernah ikut berperang yang kemudian menjadi jurnalis dan menjalani hidup bohemian di Paris itu mencintai Brett yang cantik, janda dari seorang bangsawan Inggris yang mati dalam perang. Hubungan cinta mereka sangat pelik karena Jake menderita impotensi akibat terluka dalam perang.
Sementara itu, Brett agaknya gemar memperturutkan hasrat seksualnya dari satu lelaki ke lelaki lain. Tabiat seksualnya itu makin menyulitkan ketika Robert Cohn, kawan Jake, seorang penulis dan mantan juara tinju yang pernah berkencan dengan Brett, jatuh cinta pada Brett. Celakanya Cohn menyangka Brett pun mencintainya. Ruwetnya lagi Brett sesungguhnya telah bertunangan dengan Michael Campbell, laki-laki senegaranya.Sekilas blunder cinta dan seks itu mirip opera sabun. Akan tetapi, melalui adegan demi adegan, dialog demi dialog yang sangat natural, Hemingway secara lembut, tanpa ketidaksenonohan kalimat-kalimat filosofis dalam sebuah cerita, berhasil menghadirkan problem eksistensial yang masing-masing karakter. Ketika mereka melancong ke Spanyol untuk bersenang-senang menikmati fiestapesta kegamaan tujuh hari tujuh malam dengan acara khas: pertarungan banteng-matadorBrett tertarik pada seorang matador muda yang memancarkan pesona laki-laki. Pesta habis-habisan yang justru tidak lagi terasa sebagai pesta dan hadirnya sang matador dalam kemelut cinta itu membukakan mata mereka pada pertanyaan tentang makna perburuan kesenangan, perebutan cinta, dan apa saja yang sesungguhnya mereka peroleh.Kamu dengar? Muerto. Mati. Dia mati. Dengan tanduk menembus badannya.Semua demi kesenangan Resensi Buku:
Pesimisme dalam Karya Ernest Hemingway oleh: Rimbun Natamarga Judul: Fiesta Judul asli : The Sun Also Rises Penulis: Ernest Hemingway Penerjemah: Rahmani Penerbit : PT Bentang Pustaka Cetakan : I,Juli 2005 Tebal : 457 halaman Nilai-nilai tentang keindahan�termasuk cita rasa sastra�selain bersifat subjektif, juga terbukti tak dapat dilepaskan dari nilai-nilai yang berlaku di zaman tertentu dan untuk lingkup budaya sosial serta kelas yang menganutnya. Mungkin saja karya tersebut tidak dapat dimaknai lagi oleh kita yang sudah terpisah bertahun-tahun dan mengalami jiwa zaman yang berbeda. Namun ketika bosan menyergap dalam pembacaan sebuah terjemahan karya sastra�meskipun mutu terjemahannya baik dan ini dapat dianggap sebagai sebuah karya sastra yang baru, maka kembalikanlah kepada anggapan tersebut bahwa sebuah karya sastra tak dapat dilepaskan dari ruang dan waktu tempat karya itu dihasilkan. Fiesta (dengan huruf miring) yang sudah lama beredar terjemahannya di depan kita agaknya pun begitu. Bisa jadi banyak pertanyaan yang muncul setelah membacanya. Apa, sih, maksud Hemingway? Apa makna yang ingin disampaikannya? Di mana letak keindahannya yang sempat melambungkan penulisnya? Sudah tentu kita tahu bahwa kita belum tentu tahu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini. �Fiesta� (dengan tanda kutip) sebenarnya adalah istilah untuk sebuah festival keagamaan. Festival ini terkait dengan salah satu hari perayaan keagamaan yang lazim diadakan di negara-negara berbahasa Spanyol (hal. 454). Ada acara misa di katedral (hal. 269). Ada acara bersenang-senang lewat tari-tarian dan musik. Ada minum-minum. Pokoknya, semua bergembira di dalamnya. Adu banteng yang kita kenal selama ini juga bagian dari �Fiesta� itu. Dalam Fiesta, cerita dimulai begitu saja tentang Robert Cohn�seorang mantan petinju. Aku, si pencerita, mulai bergerak dari riwayat hidup Cohn itu untuk mengaitkan alur pembicaraan dengan banyak hal; dengan wanita-wanita di sekitar Cohn, tingkah laku kaum bangsawan, jenis minuman di kafe-kafe Perancis, makanan-makanan yang menurut aku enak, keadaan tempat-tempat yang pernah dan akan dikunjungi berikut acara hiburan yang telah direncanakan. Tanpa terasa, seperti tak ada cerita yang mengikatnya. Cerita mengalir. Dan kita bagai disuguhi sebuah jurnal harian yang berisi uraian-uraian datar. Aku, si Jake Barnes, bahkan tak bercerita tentang riwayatnya secara khusus. Keadaan dirinya diselipkan pada tiap komentarnya tentang segala sesuatu. Ketika membaca buku, misalnya. Di bawah sorotan lampu-baca yang terletak di tempat tidur, aku bercerita bahwa dirinya tak pernah tidur dengan lampu mati selama enam bulan. �Persetan dengan perempuan,� katanya, meski perempuan �memang teman istimewa. Sangat istimewa� (hal. 260-261). Apakah itu menandai bahwa ia anti-wanita? Tidak juga... Fiesta ini adalah gabungan dari tiga buku. Buku kedualah yang banyak berisi tentang suasana �fiesta�. Di Pamflona�sebuah wilayah di Spanyol tempat festival itu berlangsung, aku, Cohn, Bill, Mike, dan Brett menghabiskan waktu untuk menikmati festival itu. Adu banteng yang terkenal itu diamati sekaligus dikomentari oleh aku. Dari pengamatannya itulah, kita tahu bahwa aku bukan sembarang penikmat adu banteng. Namun sekali lagi, ini bukan sesuatu yang mau diangkat Hemingway, meski judulnya adalah Fiesta (lengkapnya,Fiesta: The Sun Also Rises). Bukan pula percintaan antara Brett (ia satu-satunya wanita dalam rombongan mereka) dengan Pedro Romero�seorang bintang matador dalam adu banteng itu. Brett yang tiba-tiba menyukai Romero, meski saat itu ia bersama Mike�tunangannya, menghabiskan hari-hari terakhir �fiesta� bersama Romero. Berdua. Dan Mike tahu. Ada cemburu pada Cohn yang kebetulan juga menyukai Brett sebagaimana halnya Mike. Dan ada sesal pada Brett (hal. 441-444) setelah hubungannya dengan Romero usai�ketika tahu bahwa Romero malu dengannya (karena rambut Brett pendekkah?). Tapi, sekali lagi ini bukan inti dalam Fiesta. Lantas, apakah yang ingin diangkat penulis dalam Fiesta? Yang ada sekarang hanya saran: cobalah baca Fiesta secara utuh. Rangkaikan antara satu hal dengan hal-hal lainnya dalam Fiesta; mulai dari cara menggunakan waktu, kedudukan wanita dalam pergaulan, pengaturan uang pribadi, sikap antipati terhadap puritanisme dalam beragama, pandangan terhadap orang-orang Yahudi, sampai pandangan orang-orang Amerika tentang berbagai hal di Eropa, pada saat itu. Jangan tergoda untuk memaknai pada satu peristiwa, pada satu hal. Karena dengan begitu, kita dapat semakin bosan saja dalam membacai Fiesta. Biarpun kita tak usah mengaitkan Fiesta dengan penulisnya secara pribadi (apalagi dengan menganggapnya sebagai otobiografinya!), namun kita dapat melihat letaknya dalam peta perkembangan sastra modern saat itu. Karya-karya lain yang lahir dan senafas dengan Fiesta menyuarakan sebuah perkembangan baru dalam kesusastraan modern; semacam �gaya� baru yang tentu saja masih berkesinambungan dengan karya-karya sebelumnya dan memberi pengaruh demikian besar pada gaya sastra setelahnya. Banyak kritikus sastra dunia, ujar Korrie Layun Rampan dalam Tokoh-Tokoh Cerita Pendek Dunia (Grasindo, 2005), yang menilai bahwa karya-karya Hemingway�termasuk Fiesta�merupakan karya yang melahirkan pesimisme. Dan diungkapkan dengan struktur-struktur kalimat yang sederhana dan kosa kata yang terbatas. Tapi karenanya, dengan kacamata kita sekarang, Fiesta sering tampak sebagai sebuah novel dengan kata-kata yang itu-itu juga dan hal-hal remeh-temeh yang sepintas saja terasa membosankan. Fiesta, sebagaimana Pertempuran Penghabisan (Yayasan Obor, 1997) dan Salju Kilimanjaro (dan o�adakah yang tahu bahwa the Old Man and the Sea telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia?), adalah sebuah karya yang dipandang secara keseluruhan sebagai potret sosial dan mentalitas yang mewakili generasi muda saat itu; dasawarsa 1920-an. Pemerhati sejarah sastra modern dan penikmat sejarah secara umumnya rasanya kurang lengkap perbendaharaannya tanpa membacai karya ini. Apalagi, tentu saja, mereka yang gemar membacai setiap karya-sastra antik dan berjaya di masanya. Perlu juga, agaknya, untuk berterimakasih kepada Melani Budianta yang kata-pengantarnya untuk Salju Kilimanjaro(kumpulan cerpen Hemingway; Yayasan Obor, 1997) banyak dikutip dalam paragraf pertama di atas. Kata pengantar yang sejatinya berjudul �Hemingway: Pergulatan dalam Kata� itu dapat dijadikan semacam kunci untuk memahami sekaligus menyadari keadaan karya-karya Hemingway yang begitu itu (dengan asumsi: karya-karya tersebut telah diterjemahkan dengan baik!). Add your review for this book! Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |