Cari berdasarkan:



Baudolino
 


Maaf, stock buku kosong atau out-of-print.


Baudolino 
oleh: Umberto Eco
> Fiksi » Fantasi

Penerbit :    Bentang Pustaka (Mizan Group)
Edisi :    Soft Cover
ISBN-13 :    9789793062891
Tgl Penerbitan :    0000-00-00
Bahasa :    Indonesia
 
Ukuran :    0x0x0 mm
Sinopsis Buku:
"Ya, aku tahu, itu bukanlah kebenaran, tetapi dalam suatu sejarah besar, kebenaran kecil-kecil bisa diubah sedemikian rupa sehingga muncul kebenaran yang lebih besar."Jangan percaya begitu saja pada apa yang disebut sebagai sejarah.Jangan-jangan itulah pesan Umberto Eco dalam buku ini.

Niketasseorang tokoh nyata yang menelurkan buku sejarah, The Sack of Constantinopledijadikan salah seorang pemeran dalam novel ini. Ia diselamatkan oleh Baudolinosi tokoh utamadan dalam perjalanan menyelamatkan diri bersama dari keganasan para penjarah Konstantinopel, akhirnya mengetahui kisah hidup Baudolino.Kisah itu adalah kisah yang luar biasa.

Kisah penuh intrik, perebutan kekuasan, romantika, dan petualangan ke negeri ajaib penuh mahluk-mahluk fantastis. Sebagai anak angkat Frederick Barbarossa, Sang Kaisar Romawi, Baudolino ikut berperan dalam berbagai keputusan yang diambil ayah angkatnya, dan dengan demikian bisa dikata ia berada di balik berbagai peristiwa besar yang terjadi di Roma pada masa itu.

Dari Baudolinolah, Niketas mengetahui banyak hal. Hal-hal besar yang mengubah wajah dunia pada zaman itu.Masalahnya, Baudolino adalah seorang pembohong kelas wahid. Dia bisa mengarang apa saja yang ia inginkan, membuat uraian sangat meyakinkan mengenai sesuatu yang sebenarnya hanya ada dalam khayalannya. Bahkan, karena kebohonganlah ia berjumpa dengan Frederick Barbarossa dan bisa menjadi anak angkatnya. Jadi, apa yang harus dilakukan Niketas? Apa yang harus ditulisnya sebagai sejarah?Cerita dengan nuansa komikal ini akan terasa agak berbeda dengan karya-karya Eco sebelumnya.




Resensi Buku:

  Kelakar Sejarah: Sebuah Perkenalan
oleh: Rimbun Natamarga
Judul: Baudolino Penulis: Umberto Eco Penerjemah: Nin Bakdi Soemanto Penerbit: Bentang Pustaka Cetakan : I, 2006 Tebal : 752 hlm. Pertama kali saya mendengar istilah �kelakar sejarah� adalah pada acara bedah buku Baudolino di Cipete, Jakarta Selatan. Padahal, selama ini, saya hampir selalu bersentuhan dengan sejarah (karena menekuni sejarah secara formal), dan sering pula mendapati contoh-contoh kelakar sejarah dari Asterix & Obelix yang saya sukai itu. Saya tak akan membahas apa dan bagaimana kelakar sejarah itu. Acara bedah buku itu sudah lama berlalu�agak susah bagi saya untuk menerangkan kembali apa yang dimaksud dengan kelakar sejarah di sini. Saya hanya akan bercerita tentang buku Baudolino. Buku ini adalah novel yang ditulis oleh Umberto Eco dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Nin Bakdi Soemanto, sebagaimana The Name of The Rose yang pernah juga diterbitkan oleh Bentang Budaya pada 2003 yang lalu. Kedua novel yang saya sebutkan ini sama-sama novel sejarah dan banyak berisi uraian-uraian teologis. Baudolino merupakan (dan bukan adalah) otobiografi seorang anak angkat kaisar pada abad pertengahan. Jadi, sebuah buku yang turut menceritakan juga aneka peristiwa bersejarah yang sering ditulis dalam buku-buku sejarah tentang abad pertengahan. Dimulai dengan sebuah kutipan catatan harian yang berupa perkamen-perkamen kuno, kisah hidup Baudolino diurai oleh Eco dalam gaya bercerita orang pertama dan ketiga. Dengan itu, Eco terkesan ingin memudahkan pengisahan yang terjadi. Baudolino sendiri adalah anak seorang petani yang diambil kaisar Frederick Barbarosa sebagai anak angkatnya. Dalam kedudukan itu, istimewa, bahwa dirinya mengecap pendidikan dan, terutama kehidupan yang baik. Lingkungan istana kaisar mengenalkannya kepada kekuasaan, sedangkan pendidikan yang dikecap mengenalkannya kepada uraian-uraian filsafat saat itu. Yang mesti saya katakan di sini adalah keadaan masa itu. Abad pertengahan, sering, dirupakan orang-orang sebagai abad kegelapan. Banyak terjadi konflik berdarah, skandal-skandal dalam merebut pengaruh antara gereja dan istana, dan namun tak kurang juga beragam usaha untuk menilai-kembali wahyu dan logika. Dengan kondisi seperti itu, oleh Eco, Baudolino muncul dalam buku ini sebagai seseorang yang berada di balik beberapa peristiwa-peristiwa historis. Tidak saja pertikaian antara kaisar dan orang-orang di wilayah taklukan, Baudolino juga mendalangi berbagai pengadaan (baca: pemalsuan) benda-benda sakral (relik-relik) semisal mangkuk yang dipakai Yesus pada jamuan terakhir, manuskrip-manuskrip kuno, kisah-kisah tentang orang-orang suci, dan berbagai hal lain yang pada masa sekarang justru sering dan/atau sedang diributkan keotentikannya. Batas antara kebenaran dan kedustaan, karena itu, dibuat benar-benar tipis. Bahkan Baudolino itu sendiri sering diidentikkan dengan kebohongan, oleh ayah angkatnya. �[A]ku seorang pembohong,� ujar Baudolino suatu ketika, �dan aku sudah menjalani kehidupan seorang pembohong sampai suatu tingkat sedemikian rupa sehingga bahkan benihku (baca: sperma) telah menghasilkan kebohongan. Kebohongan amat besar. [A]ku mengabdikan diri kepada kebohongan� (hal. 326-327). Coba bayangkan, untuk mengangkat satu misal dalam novel ini, bagaimana mungkin suatu kerajaan suci dicari mati-matian oleh sekelompok orang, padahal keberadaan dan keadaan kerajaan tersebut itu tak lebih dari hasil rekayasa mereka sendiri atas suatu desas-desus yang sampai kepada mereka. Yang lucu, mereka mencari kerajaan itu tanpa sadar bahwa mereka sendiri yang meng-ada-kannya. Sehingga, pada tingkat tertentu, sulitlah bagi kita untuk menerima bahwa yang ditulis Eco ini berisi kebenaran-kebenaran dalam sejarah. Tapi, memang (dasarnya) Eco adalah penulis handal. Apa yang terjadi diramu dengan teknik-teknik cerita berikut data historis, sehingga, wajar, bagi kita, untuk juga sulit menerima bahwa yang ditulisnya itu adalah kebohongan-kebohongan semata. Apakah yang seperti tersebut dan terkesan itulah yang dinamakan dengan kelakar sejarah? Saya tidak tahu, maksud saya, belum tahu pasti. Menarik pula untuk disinggung bahwa banyak terdapat, di sana-sini, gunjingan-gunjingan terhadap institusi gereja waktu itu. Buku ini sarat dengan dialog-dialog teologis yang dilakukan antara Baudolino dengan teman-temannya dalam nada-nada menyindir sekaligus menertawakan. Karena itu, bagi yang mengerti dialog-dialog tersebut, apa yang tersaji sering terasa mengagetkan kesadaran religius masing-masing. Pada akhirnya, memang benar bahwa novel ini lain dari The Name of The Rose Eco yang terkenal itu (yang bahkan sampai difilmkan segala!). Tapi pengetahuan Eco dan terutama kemampuannya meramu cerita merupakan dua alasan utama bagi kita untuk tidak tak-membacanya. Saya sendiri, di akhir pembacaan saya, hanya mampu berkomentar: Sialan!


Add your review for this book!


Buku Sejenis Lainnya:
oleh James Dashner
Rp 69.000
Rp 58.650
  [selengkapnya]
oleh Rachel Hawkins
Rp 79.900
Rp 67.915
Baru saja Sophie Mercer menerima kekuatan luar biasa sebagai demon, Dewan Prodigium sudah melucutinya. Kini Sophie tidak punya kekuatan ...  [selengkapnya]
oleh Vladimir Bartol
Rp 94.500
Rp 80.325
Ini adalah novel yang menginspirasi terciptanya video games laris Assasins Creed. Alamut berlatar belakang di Persia pada abad ...  [selengkapnya]
oleh Rachel Hawkins
Rp 79.900
Rp 67.915
Saat ulang tahunnya yang kedua belas, Sophie Mercer mendapati kalau dirinya ternyata seorang penyihir. Tiga tahun kemudian, akibat mantranya ...  [selengkapnya]


Lihat semua buku sejenis »




Advertisement