|
Sinopsis Buku: Lain ladang, lain pula belalangnya. Lain lubuk, lain pula ikannya. Lain daerah, lain pula gaya berpuasa di bulan Ramadan. Buku ini melukiskan keragaman budaya puasa di Indonesia dengan mengangkat gaya orang Batak di Tapanuli berpuasa sebagai mana pengalaman Baharuddin Aritonang.
Ibadah pokok sama saja, yakni berpuasa. Tapi unik rangkaian �pernak-pernik�-nya. Misalkan ada mapangir, ritual membersihkan diri dengan ramuan bahan-bahan alami seperti jeruk purut untuk menyambut datangnya Ramadan. Ada pula mangalomang, memasang lemang sehari sebelum Lebaran, atau ada makkobar, beridato ketika bermaaf-maafan ketika Lebaran. Ditulis dengan gaya bertutur, buku ini memberi kita pemahaman betapa Islam, tulis Azyumardi Azra dalam pengantar buku ini, �dapat berinteraksi dan mengakomodasi tradisi dan adat local; dan justru di sinilah salah satu kekuatan Islam sehingga mampu bertahan sampai hari ini dan ke depan.� Salah satu kekuatan yang menonjol pada karya B. Aritonang ini adalah bahwa buku ini ditulis oleh orang yang berasal dari wilayah yang dalam persempsi sementara kalangan sebagai daerah non-Muslim� Karena itulah, sangat menarik membaca periwayatan dari tangan orang pertama tentang bagaimana suasana Ramadan di daerahnya atau lingkungan etnisnya. - Azyumardi Azra Berbeda dengan orang Batak yang berasal dari utara dan beragama Kristen, hamper-hampir tidak ada catatan etnografis tentang orang Batak dari daerah Mandailing ke selatan hingga perbatasan Sumatra Barat. Karena itu, penggambarang bagaimana orang Batak berpuasa punya ati sangat penting bagi kita. Sedikit-banyak kita memperoleh pengertian tentang orang-orang Mandailing itu. - KH Abdurrahman Wahid Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |