|
Sinopsis Buku: Mei Rose:
Aku telah merampas sesuatu yang paling berharga dari hidupnya. Dan sangat wajar jika perempuan ini datang dengan segunung lahar api. Hm... koreksi. Aku tidak merampas apa pun, aku hanya memaksanya berbagi. Arini: Jika cinta bisa membuat seorang perempuan setiap ada satu lelaki, kenapa cinta tidak bisa membuat lelaki bertahan dengan satu perempuan? Dongeng yang retak-regak. Peristiwa tragis dan e-mail aneh dari gadis bernama Bulan. Sementara seseorang berjuang melawan Tuhan, waktu dengan sabar menyusun keping-keping puzzle kehidupan yang terserak, lewat skenario yang menakjubkan. Para penulis perempuan seperti gumpalan burung yang jatuh dari udara, menyerbu kehidupan sastra Indonesia, memasuki milenium ketiga. Masing-masing dengan dunianya. Ada yang cerdas, radikal, bebas, bahkan lebih gila dari lelaki. Tetapi ada yang gaul, melankolis, puitis, komunikatif, santun, namun sesungguhnya memberontak. Arini berhenti berlari. Tak lagi berusaha menghindar dari luka, papar Nadia mengakhiri kisahnya. Sebuah suara lirih yang menggelegar karena menunjukkan tekad yang menjadi wajah lain dari langkah perempuan Indonesia masa kini. (Putu Wijaya, seniman) Dengan kepiawaiannya mengeksplorasi dunia kata, Asma Nadia memotret poligami dari semua sisi: sisi suami, sisi �korban---dalam hal ini istri pertama---dan sisi perempuan pemilik Istana Kedua. Kisah yang sangat menyentuh dan membuat saya jadi ingin “mewajibkan” semua laki-laki membaca novel ini. (Dewie Sekar; penulis Zona @ Tsunami, Perang Bintang, dan Zona @ Last) Asma Nadia telah menulis sejumlah cerpen, novel, nonfiksi, dan skenario teve. Buku pertamanya terbit tahun 2000 dan sejak itu 32 karya telah diterbitkan. Pemenang tiga penghargaan Adikarya Ikapi ini tahun 2005 dinobatkan sebagai peserta terbaik Majelis Sastra Asia Tenggara. Naskah teaternya "Preh" merupakan salah satu naskah terbaik Lokakarya Perempuan Penulis Naskah Drama dan diterbitkan dalam dua bahasa oleh Dewan Kesenian Jakarta. Tahun 2006 Asma terpilih untuk mengikuti program writers in residence dan tinggal di Korea Selatan selama 6 bulan. Akhir tahun yang sama Asma diundang untuk menjadi pembicara dalam The 2nd Asia Literature Forum di Gwangju. Penulis yang sangat mensyukuri keterlibatannya dalam dunia menulis ini percaya, kegiatan menulis memiliki kekuatan untuk mengasah kemanusiaan, karena itu ia merasa perlu mengajak generasi muda untuk menulis, lewat program Penulisan Cerita Pendek (Pulpen) yang digagasnya. Saat ini Asma Nadia bekerja sebagai CEO Lingkar Pena Publishing House. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |