|
Sinopsis Buku: Di luar kota Hangtjioe, di sebelah timurnya, di dusun Goe-kee-tjoen, dua orang gagah pun tengah minum arak putih sambil duduk berhadapan, oleh karena mereka adalah bagaikan saudara sejati. Dari mereka itu, yang satu bernama Kwee Siauw Thian, yang lainnya Yo Tiat Sim, kedua-duanya ada turunan orang-orang kenamaan.
Siauw Thian itu ada turunan dari Say-Djin-Koei Kwee Seng, itu salah satu jago dari seratus delapan orang kosen dari gunung Liangsan, yang kesohor ilmu silat tombaknya, hanya setelah tiba pada ia ini, tombak yang panjang diganti dengan sepasang tombak pendek dan bergaetan (siangkek). Sementara Yo Tiat Sim ada turunan panglima Yo Tjay Hin di bawahan jenderal Gak Hoei dan ilmu tombaknya ada warisan leluhurnya. Mulanya kedua orang ini bertemu dalam pengembaraan, setelah dapat kecocokan, mereka angkat saudara, bersama-sama mereka pindah dan tinggal di dusunnya ini. Kebiasaan mereka adalah duduk berkumpul, pasang omong dan meyakinkan ilmu silat. Demikian itu hari, selagi salju turun, mereka duduk minum arak dan berbicara dengan asyik, tempo mereka omong hal nasibnya negara, keduanya menjadi berduka dan mendongkol, tiba-tiba saja Tiat Sim mengeprak meja dengan keras. Justru itu ada seorang keluar dari ruang dalam, apabila gorden disingkap, terlihatlah seorang wanita yang cantik sekali, tangannya memegang nampan di atas mana ada terdapat masakan daging kerbau serta ayam. *** Hard Cover, HVS, 4 Jilid (4 Buku) Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |