|
Sinopsis Buku: Wahai Pak Kajari, seandainya bapak yakin kalau Hakim Agung tersebut lebih tinggi jabatannya untuk membantu sudjud yang hanya tukang sayur, saya ingin bertanya pada bapak,misalnya ada seorang Hakim Agung,Kajari,atau Kajati,atau bahkan Kapolri yang sedang sekarat dipinggir jalan karena kecelakaan,sedangkan di sekitar TKP (Tempat Kejadian Perkara) hanyalah tukang sayur dan tukang ojek, apakah bapak akan berkata sama;
Eh, jangan dibantu!kalian terlalu rendah bagi pejabat yang kecelakaan itu. Kita tunggu saja pejabat yang lebih tinggi darinya untuk membantu. atau lebih baik kita biarkan saja pejabat itu mati saja, karena tukang sayur dan tukang ojek terlalu rendah.......... Resensi Buku:
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() oleh: Ryan Pradipta Hidayat 1. Judul Buku : Sayur Emas (Cerita Tentang Persahabatan Hakim Agung Dengan Tukang Sayur). 2. Penerbit : KOEKOESAN. 3. Cetakan : 1 Mei 2007. 4. Penyunting : Damhuri Muhammad. 5. Desain Sampul dan Pewajah Isi : Muhammad Roniyadi. 6. Unsur Buku : 151 hlm, ;120 x 200 mm. • KEPENGARANGAN 1. M. Farhat Abbas Dilahirkan sebagai anak ke dua dari tujuh bersaudara pasangan Abbas Said & Ny. Syarifah Masnon Abbas. Lelaki kelahiran Tembilahan, 22 Mei 1976 ini memperoleh gelar sarjana dari fakultas Hukum. Universitas Pasundan, Bandung (1999), dan mendapatkan SK KPT Jawa Barat sebagai pengacara Praktek Wilayah Pengadilan Tinggi Jawa Barat (2000). April 2001, memperoleh SK Advoksat dari Mentri Kehakiman. Farhat Abbas dikenal sebagai lawyer di kantor Pengacara Farhat A & Rekan, Plaza Basmar Lt. 1 Jl. Mampang Prapatan 106, Jakarta Selatan. 2. Mustofa B. Nahrawardaya Lahir di Klaten, 12 Juli 1975. Mustofa B. Nahrawardaya menggali pendidikan SD, SMP, dan SMA di Klaten, lalu mengenyam pendidikan sastra di Universitas Negeri Surabaya (eks JKIP Surabaya), fakultas Bahasa dan Sastra, 1998. Tulisan-tulisannya tersebar di berbagai media cetak nasional maupun media online. Sejak 1990 sudah menulis surat kabar harian Masa Kini (Yogyakarta), Majalah penyebar Semangat (Surabaya), Metro (Jawa Post Grup), Radar Surabaya (Jawa Post Grup), Tabloid nyata dan lain-lain. • IKHTISAR CERITA Buku ini berkisah tentang persahabatan antara seorang Hakim Agung dengan kuli panggul sayur bernama Sudjud, yang tinggal di Sumur Batu. Pilihan judul Sayur Emas lahir dari sindiran sekaligus hinaan seorang Kajari kepada Sudjud, juga pada sahabat Sudjud yang tak lain adalah Hakim Agung. Kawan Sudjud yang satu ini adalah orang jujur dan bijak. Sebelum dan sesudah menjadi Hakim Agung, penpilannya tidak pernah berubahm tetapi sederhana dan bersahaja, begitu juga sikap dan hati emasnya. Ia bersahabat dengan siapa saja, tukang ojek, tukang sayur, tukang sampah, satpam, dan tukang-tukang lainnya. Sudjud terjaring dalam sebuah operasi pembersihan judi di Pasar Sumur Batu dengan Barang Bukti (BB) 58 ribu rupiah. Mendengar kabar perihal penyelesaian perkara Sudjud yang selalu diulur-ulur, Hakim Agung terpanggil untuk membantu sahabatnya itu, sama sekali tidak bermaksud meringankan hukuman atau membebaskan Sudjud, tapi hanya berusaha agar kuli panggul sayur itu memperoleh hukuman yang setimpal, agar Sudjud benar-benar memperoleh hukuman yang seadil-adilnya. Celakanya, keterlibatan Hakim Agung dalam perkara Sudjud, malah ditertawkan Kajari. Dalam perkara tukang sayur saja masa’ Hakim Agung harus turun tangan? Emang yang dijual Sudjud itu Sayur Emas? Begitu Kajari mengejek. Karena itu, buku tersebut dijuduli Sayur Emas. Dalam lika-liku perjalanan Sudjud mencari keadilan, penulis juga menambahkan sejumlah cerita sampiran seperti Kisah Kucing Homo. Kisah ini diangkat karena sifat bencong, lesbi, homo, (lebih-lebih) pedofilia merupakan sifat dasar hewan. Jarang ditenikan cerita perihal sifat-sifat hewan ini. Justru yang kerap dibicaraka adalah homoseksual, lesbianisme dan pedofilia, dalam kehidupan manusia. Tak jarang, tema homoseksual, lesbianisme dan pedofilia meledak dan sukses dipasar perfilman, sampai-sampai gaya hidup mereka dianggap trend. Tak hanya itu, cara mreka berbicara, istilah-istilah dalah pergaulan mereka, juga sering ditiru banyak orang, tanpa memikirkan bahwa para pemilik sifat-sifat itu (hewan) bisa saja ‘tersiggung’ atau setidaknya merasa ‘tersingkirkan’ Buku tersebut dibuka denggan Sekapur Sirih yang ditulis oleh sang Jaksa Agung, Abbas Said, menggambarkan potret Keadilan yang menstimulasi perubahan total pada diri Ardani, pelaku pencurian , untuk tidak menggulangi perbuatan itu. Ini terjadi setelah Ardani merasakan vonis yang dijatuhkan hakim benar-benar setimpal dengan perbuatannya. Selain itu, buku tersebut juga menceritakan pengalaman Sudjud baik saat ia berada didalam tahanan polisi maupun setelah ia menjadi tahanan jaksa dan LP. Dan juga cerita pilu dimana Mustikem susah payah untuk mencari uang pinjam sana-sini untuk membantu kebebasan sang suami tercinta dan membayar punggutan-punggutan liar yang tak jelas asalnya dan untuk apa selama Sudjud ditahan. Buku tersebut juga menceritakan tentang salah satu cucu Sudjud yang meninggal dunia dikarenakan sakit. Dan juga kehidupan keluarga Sudjud yang semakit terpuruk sepeniggal Sudjud. • UNSUR INTRINSIK Tema : Keadilan 1. Tokoh : a. Sudjud, b. Mustikem, c. Hakim Agung (Abbas Said), d. Ny. Ginuk, e. Gino, f. Tukras, g. Hendrik, h. Ny. Sakrun, i. Tomi Winata, j. Cak Mad, k. Ustad Bohem, l. Mujiran, m. Bu Prih, n. Ny. Abdulah Puteh. Penokohan : a. Protagonis : Sudjud, Mustikem, Hakim Agung (Abbas Said) b. Antagonis : Tukras, Hendrik c. Tritagonis : Ny. Ginuk, Gino, Ny. Sakrun, Tomi Winata, Cak Mad, Ustad Bohem, Mujiran, Bu Prih, Ny. Abdulah Puteh. Latar : Tempat : Di Pasar, Di Rumah Sujdud, Di LP Salemba, Di Rumah Ny. Ginuk, Di Apartemen. Waktu : Pagi, Siang, Sore, malam. Suasana: Haru,Gembira,Bangga,Kecewa. Sudut Pandang : Orang Ke-3 Gaya Bahasa : Sehari-hari Amanat : i. Dalam menolong sesama manusi tidak boleh pandang bulu, baik itu kaya atau miskin, pejabat atau rakyat. ii. Harus bisa mandiri dalam segala hal. iii. Kejujuran adalah kunci kesuksesan. • EXTRISIK 1. Bidang Sosial : Buku ini menceritakan tantang kehidupan sosial terutama kehidupan kelas bawah, dimana diceritakan tentang keseharian mereka dalam menjalani hidup dan bersosialisasi dengan semua golongan masyarakat. 2. Bidang Budaya : Menceritakan tentang realitas budaya Indonesia terutama dalam ruang lingkup keseharian di LP Salemba. Dan bagai mana terjadinya pungutan-pungutan liar yang sering terjadi pada para napi baik oleh napi lainya atau pun oleh pera Sipir tahanan yang selalu memaksa para napi yang teergolong napi lemah danggan sejuta alasan yang menurut kabar sudah menjadi budaya bagi ruta-rutan maupun LP-LP di Indonesia. Ceritanya juga menggadung Bidang Budaya yang diangkat dari kepercayaan Abdi Dalem Kraton yang mempercayai tentang mitos-mitos tertentu tentang kepercayaan yang telah mereka percayai dari sejak jaman dahulu. 3. Bidang Ekonomi : Memaparkan segala macam cerita yang diangkat dari kehidupan masyarakat kalangan bawah tentang bagaimana mereka menjalankan aktifitas ekonomi sehari-hari mereka di pasar. • BAHASA PENGARANG Menggunakan bahasa sehari-hari • KEUNGGULAN BUKU Memaparkan dengan singkat dan jelas Gaya bahasanya mudah dipahami Ceritanya benar-benar serupa dengan realitas kehidupan Unsur-unsur buku lengkap • KELEMAHAN BUKU ~ Penyusunan ceritanya tidak beruntun • KESIMPULAN Jadi buku ini mencitakan tentang persahabatan antara seseorang yang memiliki jabatan yang tinggi dengan seorang masyarakat kalangan bawah dimana terdapat banyak pelajaran-pelajaran yang dapat di contoh oleh pembacanya. Karna didalam pershabatan mereka tertanam hal-hal positif yang dapat kita pahami dan bahkan dapat merubah pola pikir dan sikap kita dalam bermasyarakat dan bersosilisasi dengan semua orang. ![]() Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |