|
Sinopsis Buku: Faiz, nama lengkapnya Abdurahman Faiz, lahir di jakarta, 15 November 1995. Masih muda banget, kan? Siswa kelas 2 SDN 02 Cipayung ini pada usia 3 tahun, pernah bilang, "Bunda, aku mencintai Bunda seperti aku mencintai surga". Dan, sejak saat itu, setiap waktu, Faiz bisa tiba-tiba mengeluarkan kalimat-kalimat puitis layaknya seorang penyair.
Putra pertama Tomi Satryatomo dan Helvy Tiana Rosa ini pada Agustus 2003 lalu, meraih Juara I Lomba Menulis Surat untuk Presiden, Tingkat Nasional, yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta. Mau tahu bagaimana kehebatan Faiz dalam menulis puisi? Baca saja buku ini. Puisi Faiz belum banyak, tetapi mampu menimbulkan keharuan yang mendalam ketika saya membacanya. -(Medy Loekito, penyair, Yayasan Multimedia Sastra) Faiz, puisi-puisimu mencerminkan perasaan dan hatimu yang bening. -(Jamal D. Rahman, penyair, Pemimpin Redaksi majalah sastra Horison) Faiz, puisimu seperti danau, tempatku melihat bayang-bayang dan juga ingatan masa kanakku, yang telah berdiri jauh dibelakangku. -(Binhad Nurohmat, penyair, Koordinator Serikat Baca Dunia) Sejujurnya, membaca sajak-sajak Faiz, saya sungguh-sungguh tercengang. Ia tampaknya dikaruniai bakat kepengarangan yang cukup luar biasa. -(Ahmadun Yosi Herfanda, penyair, Redaktur Budaya Harian Republika) Setelah berpuluh tahun membaca Karya sastra anak Indonesia, baru kali ini saya menemukan kepolosan, kesederhanaan, kejernihan, disertai kepedulian yang sangat pada "teman-teman kecilku yang miskin". -(Riris T. Sarumpaet, Doktor dalam bidang Sastra Anak-Anak) Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |