|
Sinopsis Buku: Wiranto dan Prabowo tak pernah akur. Mereka telah lama berusaha saling menyingkirkan. Wiranto menggunakan cara-cara halus, berkerudung konstitusi, untuk meredupkan sinar juniornya. Sebaliknya, Prabowo kerap dituding berada di balik gerakan-gerakan siluman untuk merampas wibawa panglima. Jadilah, Panglima Kostrad dan Panglima ABRI beradu strategi, saling menghempaskan. Keduanya saling menganggap musuh. Demikian saripati dari buku karangan Femi Adi Soempeno dan AA Kunto A ini.
Mei 1998 masih menyimpan misteri perang dua panglima itu. Juga, masih tersaput kabut, bilakah kelak dua panglima ini kembali ke arena laga, mencalonkan diri sebagai capres pada Pilpres 2009? Menegangkan menyimak pertarungan Mantan Pangab yang kini menjadi Ketua Umum Partai Hanura melawan Mantan Pangkostrad yang kini menjadi Panglima Tani alias Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). * "Kita tahu, Wiranto dan Prabowo seperti ini (mengadu kedua kepalan tangan)." Soemitro Djojohadikusumo * "Bukan tidak mungkin bila suatu hari nanti Wiranto sendiri yang akan menjadi presiden." David Jenkins, The Sydney Morning Herald * "Wiranto telah menzalimi saya. Akibat utangnya, hidup saya morat-marit." Kivlan Zen, tentang pembentukan Pam Swakarsa * "Jadi, berhentilah mempolemikkan rivalitas saya dengan Pak Prabowo." Wiranto * "Saya harus adil pada Wiranto. Ia memang menginginkan reformasi, namun ia juga punya ambisi-ambisi politik." Prabowo * "Di sini, Anda tetap Jenderal." Pangeran Abdullah, pada saat menerima Prabowo di Yordania Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |