|
Sinopsis Buku: Mungkin karena bukan semata-mata seks, party line service masih terus eksis mengikuti karakter khas masyarakat kota yang kesepian. Mereka Jenuh berhadapan dengan realitas sehingga butuh penyaluran bagi fantasi-fantasi mereka Pada saat itu layanan kencan lewat telepon tersedia, sebagai refleksi karakter masyarakat yang canggih namun tertutup rasional sekaligus irasional, realis dalam satu sisi, dan fantastis di sisi yang lain.
Sebuah buku yang lagi-lagi membuktikan bahwa realitas ternyata lebih fiktif ketimbang fiksi. Sedemikian fiktifnya sehingga buku-buku yang tema sejenis lebih pantas jika ditulis oleh seorang jurnalis, bukan praktisi. Dalam buku ini, persoalan seks tidak lagi penting. Ada hal yang lebih besar yang ingin disampaikan oleh penulisnya. Seks sebagai komoditas, di kota besar seperti Jakarta, idak lagi terbatas kepada layanan tubuh, seperti dalam prostitusi konvensional, melainkan lebih mengandalkan kreatifitas, di mana imajinasi berperan penting. Artinya, menjual seks adalah menjual imajinasi, yang hidup di kepala konsumennya sendiri. Tentu saja menjadi menarik, untuk mengikuti bagaimana transaksi itu berlangsung, representasi seksualitas macam apa terdapat dalam imajinasi itu, dan bagaimana seluruh peristiwa itu bisa diberi makna serta dibaca sistematisitasnya : gambaran perkembangan mutakhir kota metropolitan seperti Jakarta. Laporan Andre Syahreza dalam buku ini memberikan peluang bagi anda untuk merenung dan mempertimbangkannya. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |