|
Sinopsis Buku: Seri Kesastraan Melayu TionghoaLima karya dalam buku ini--Korbannya Kong-Ek (1926), Berjuang(1934), Masyarakat (1939), Bergerak (1935, Satu Milion (1938)-- boleh dibilang tidak hanya mampu menggambarkan peristiwa atau keadaan masyarakat zaman itu, tapi juga amat aktual.Betapa tidak. Sepak-terjang para lid-bestuur Tiong Hoa Hwe Koan yang cenderung mementingkan diri sendiri seperti ditampilkan Kwee Tek Hoay dalam drama Korbannya Kong-Ek mengingatkan kita pada tingkah polah wakil rakyat zaman reformasi. Dalam drama itu, yang ide ceritanya diambil dari naskah drama Ibsen, An Enemy of The People, Kwee juga menuturkan ironi kehidupan: orang yang berbuat baik justru dimusuhi orang banyak.Dua karya Liem Khing Hoo, Berjuang dan Masyarakat, yang menggambarkan upaya sekelompok orang untuk keluar dari tekanan hidup zaman malaise, bisa menjadi inspirasi dalam menghadapi terpaan krisis belakangan ini.Roman berikutnya Bergerak karya Tan Boen San menampilkan tema yang jarang digarap penulis Melayu Tionghoa lainnya, yakni peran perempuan pada masa pergerakan, termasuk persaingan sengit mereka dalam organisasi dan percintaan.Perselisihan bermotif perebutan harta muncul dalam roman Satu Milion karya Soe Lie Piet. Gaya bercerita ayahanda Arief Budiman dan Soe Hok Gie (alm.) itu lancar dan memikat. Bak cerita detektif, ketegangan demi ketegangan dibangun sampai akhirnya pembaca tahu di manakah uang satu milyar itu disimpan.Seri ini memberi kesaksian bahwa Sastra Melayu Tionghoa merupakan salah satu pelopor dan berperan menyebarluaskan lingua franca Bahasa Melayu, yang merupakan cikal bakal Bahasa Indonesia. Sastra Melayu Tionghoa menjadi saksi dan bukti peranan etnis Tionghoa dalam pembentukan kebangsaan Indonesia. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |