|
Sinopsis Buku: "Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu dilalaikan oleh harta-benda dan anak-anakmu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang terjebak pada yang demikian, maka mereka itu adalah orang-orang yang rugi." (Q.S. al-Mun�fiq�n [63]: 9)
Kita, tutur Rumi, adalah seruling bambu yang tercerabut dari rumpunnya. Ketika suaranya keluar, yang terdengar adalah jeritan pilu dari pecahan bambu yang ingin kembali ke rumpunnya semula. Kita hanya akan hidup sebagai bambu sejati bila kita kembali ke tempat awal kita. Kita hanya akan menjadi manusia lagi bila kita kembali kepada Allah. Sesungguhnya kita adalah kepunyaan Allah dan kepada-Nya kita kembali (Q.S. al-Baqarah [2]: 156). Buku ini mengingatkan bahwa ketika manusia hanyut dalam mencintai segala sesuatu selain Tuhan, maka saat itulah ia memulai drama penderitaannya. Semakin jauh ia terbawa arus, semakin parah pulalah penyakit yang dideritanya. Roh yang berasal dari Maha Roh senantiasa mendamba untuk kembali kepada asalnya itu. Ketika tidak menjumpai yang dicarinya itu, ia akan semakin resah. Ditopang dengan kekayaan khazanah Islam Klasik, Yunasril menyuguhkan tasawuf tidak saja sebagai jalan yang mesti ditempuh manusia dalam menghampiri Ilahi, melainkan juga kiat-kiat sufistik untuk mencerap kearifan di balik gejolak kehidupan modern yang kian kompleks. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |