|
Sinopsis Buku: Rakyat bukanlah benda, melainkan manusia. Sebagai manusia, rakyat memiliki pesona. Sayang, pesona rakyat kerap kali dirusak oleh kekuataan kekuasaan dan kekerasan yang tidak berpihak pada rakyat. Dengan mudahnya, rakyat menjadi objek janji elite kekuasaan saat mereka membutuhkan dukungan rakyat. Namun, setelah dukungan diberikan setulus hati tanpa pamrih, di mata pemegang kekuasaan, rakyat tak lebih dari sebatang tebu yang habis manis sepah dibuang. Janji tinggal janji, tanpa realisasi.Sudah dibuang, rakyat masih kerap menjadi objek kekerasan. Setiap terjadi kekerasan, rakyatlah yang pertama-tama dan terutama menjadi korban. Rakyat bagai benda yang bisa ditebas, dipotong, dicincang, diciduk, dipanggang dan.... hilang! Rakyat lantas harus selalu siap menjadi tumbal kekuasaan dan kekerasan dari rezim yang ke satu ke rezim yang lain, dari zaman ke zaman. Dalam perspektif nurani mana pun, tak seorang pun setuju bila rakyat dijadikan tumbal kekuasaan dan kekerasan. Namun, itulah yang terjadi dan kerap mencoreng wajah negeri ini.Refleksi itulah yang ditawarkan melalui buku ini, bahwa kita tidak pernah rela dan tidak pernah setuju bila rakyat dijadikan tumbal kekuasaan dan kekerasan. Melalui buku ini, penulis mengundang pembaca untuk berani membela rakyat sebagai subjek yang mesti dihargai, dihormati, dan dilayani. Buku ini layak dibaca oleh siapapun yang masih memiliki kepekaan dan keprihatinan untuk membela rakyat yang kerap masih terpinggirkan! Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |