Burung-Burung Rantau mengisahkan pertempuran pikiran dan konflik batin dalam keluarga Letnan-Jenderal Wiranto, seorang mantan duta besar, gerilyawan 45, dengan putra-putri dari generasi pasca Kemerdekaan. Anak sulungnya, Anggraini, seorang wanita karier yang kaya raya. Yang kedua, Wibowo, seorang pakar fisika nuklir dan astro-fisika di laboratorium CERN di Jenewa. Adiknya, Letkol Candra, seorang instruktur pesawat jet pemburu di Madiun. Yang bungsu, Edi, korban narkoba yang meninggal di usia remaja namun tak sepi hikmah terutama bagi kakaknya, Marineti. Neti, seorang sarjana Antropologi dan sosiawati yang idealis bekerja di kampung kumuh; gadis badung-binal yang selalu berselisih paham, beranggar pendapat melawan ibunya, Yuniati, perempuan anggun kurang humor yang aktif dalam organisasi perempuan.
Berlatar di Jakarta, Yunani, Swiss, India, juga Kepulauan Banda, novel ini sarat dengan ide filosofis atas manusia Indonesia generasi baru. Generasi yang secara mental spiritual sudah merantau melampaui batas-batas nasional.
Novel masterpiece karya Y.B. Mangunwijaya ini memberi makna yang segar atas globalisasi dengan segala kesempatan emasnya. Sebuah novel yang jika dikaji secara mendalam, bisa berujung pada revolusi mental bagi pembacanya.