|
Sinopsis Buku: Aku takut dengan semua orang, air yang dingin, kematian. Aku adalah semua hal fana. Terdesak. - Pablo Neruda, Miedo. Mimpi Kaliluna sebagai atlet panahan berakhir setelah jiwa dan raganya tergores di sebuah malam kelam. Ia percaya, satu-satunya tempat yang dapat menyembuhkan jiwanya yang pecah adalah tempat yang asing, seperti Salamanca, Spanyol. Tetapi berada di kota di mana sungai Tormes mengalir dan chuche memanjakan lidah, tak kunjung membuat jiwa Kali tenang. Ia harus berhadapan dengan Frida, ibu yang meninggalkannya saat kecil dan Ibai, pemuda berdarah Vasco dengan sejuta mimpi dan sebuah rahasia. Di antara desau dedaunan pohon ceri dan harapan yang tergantung pada gembok di Pozo de los Deseos, dapatkah Kali kembali memanah bintang seperti dalam dongeng masa kecilnya atau haruskah ia remuk terinjak seperti semak conyza di pinggir dermaga? TENTANG PENULIS Semenjak SMP Ruwi Meita sudah menganggap penulis adalah profesi yang eksotis. Saat SMA dia memberanikan diri untuk menulis cerpen demi cerpen. Cerpen-cerpennya pernah dimuat di koran Tempo, Femina, Kawanku, dan Gadis. Kumpulan cerpennya Mari Mengutuk Laki-Laki diterbitkan secara indie oleh teman-temannya. Pada waktu itu Ruwi Meita memakai nama pena Ludriatin. Dari cerpen dia menulis novel adaptasi yaitu novel-novel yang diadaptasi dari film layar lebar. Karya-karya novel-novel adaptasinya antara lain Missing, Terowongan Casablanca, Hantu Bangku Kosong, Rumah Pondok Indah, Pocong 2 , Angker Batu, Tri Mas Getir, Dara Manisku, Kekasih, dan Sepuluh. Impiannya untuk menulis novel mandiri segera terwujud dalam novel Rumah Lebah: Rahasia Di Balik Wajah-Wajah Asing, Sex On Chatting, dan Cruise Chronicle. Novelet The Apuila’s Child telah berhasil memenangkan lomba Fiksi Fantasi tahun 2013. Ruwi Meita juga menulis skenario film serial animasi anak Uwa and Friends. Facebook [email protected] Email [email protected] Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |