|
Sinopsis Buku: Keunikan The Wisdom - Pertama, pemaparan uraian tafsir menggunakan metode tematis (mauḍū`ī) dan komparasi (muqāran). Metode pertama digunakan dalam pemilihan tema-tema tertentu, sedangkan metode kedua digunakan dalam mengkomparasikan beberapa kitab tafsir. Tidak semua ayat Al-Qur’an diberikan penjelasan tafsir. Hanya beberapa ayat terpilih dalam setiap surat yang diberikan penjelasan tafsir tersebut. Pemilihan ayat merujuk kepada keterwakilan enam tema utama yang terdapat dalam Al-Qur’an, yaitu akidah, akhlak, ibadah, ilmu, kisah, dan muamalah. - Kedua, pemaparan tema pembahasan di samping berupa terjemahan atau ringkasan dari kitab-kitab tafsir juga dilengkapi dengan tulisan atau esai terkait yang ditulis oleh beberapa penulis. Kelengkapan ini bertujuan mengikutsertakan sentuhan-sentuhan kekinian dalam pembahasan tema-tema yang dimaksud. Dengan demikian, The Wisdom diharapkan dapat menyentuh problematika-problematika kekinian. Beberapa tulisan, misalnya, ada yang mengangkat persoalan korupsi, kerusakan lingkungan, dan implementasi jihad. Pesan lain yang ingin dimunculkan dengan pemuatan tulisan-tulisan tersebut adalah perlunya meng-update penafsiran Al-Qur'an dalam rangka mendialogkan Al-Qur’an dengan problem kemanusiaan dan kealaman. - Ketiga, pemaparan mengedepankan paradigma Al-Qur’an sebagai rahmat. Dengan paradigma ini, setiap pembahasan diupayakan dikemas dengan gaya penuturan yang sederhana sehingga mudah dipahami pembaca. Setiap pembahasan diupayakan mengangkat persoalan-persoalan yang sangat dibutuhkan pembaca untuk mengetahuinya. Untuk tujuan ini, The Wisdom menghindari wacana-wacana penafsiran yang rumit dan kontroversial. Sederhana tetapi mudah dipahami adalah motto yang ingin dikedepankan The Wisdom. - Keempat, tema-tema yang diangkat lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari. 6 tema yang diangkat di sini akhlak, akidah, ibadah, muamalah, kisah, dan ilmu merupakan tema-tema keseharian. The Wisdom berupaya mengupas ayat-ayat Al-Qur'an seputar tema tersebut dengan memunculkan aspek kepetunjukan/hidayat (hida'i)-nya, sehingga makna universalnya dapat ditemukan. Sebagai contoh, untuk tema besar tauhid, The Wisdom mengangkat tema kemusyrikan. Meskipun dalam narasinya mengemukakan tokoh-tokoh kemusyrikan masyarakat Arab saat Al-Qur'an turun, The Wisdom berupaya menangkap pesan kepetunjukan/hidayat dari larangan Allah untuk melakukan kemusyrikan. Dengan demikian, meminjam istilah Fazlur Rahman, The Wisdom melakukan "gerakan ganda" (double movement). Gerakan pertama adalah menelusuri jejak-jejak kemusyrikan di kalangan masyarakat Arab dahulu, sedangkan gerakan kedua mentransfer pesan umum larangan berbuat kemusyrikan pada masa kekinian. Hal serupa dilakukan untuk tema-tema yang lain, termasuk kisah. Sebagai contoh, meskipun yang diangkat adalah kisah Nabi Yusuf a.s., tetapi yang diberikan penekanan adalah pesan kepetunjukan/hidayat tentang seorang aparatur pemerintah yang profesional dan memegang amanah. - Kelima, pemaparan tafsir atau wawasan berusaha memunculkan tujuan-tujuan penetapan aturan (maqasidusy-syari'ah). Ini pulalah yang oleh para mufasir yang menjadi cakupan makna hikmah/wisdom. Sejauh ini ada lima prinsip maqasidusy-syari'ah yang telah diformulasikan oleh para ulama, sebagaimana dikemukakan Asy-Syatibi, yakni memelihara agama (din), jiwa (nafs), akal (aql), keturunan (nasl), dan harta (mal).23 Sebagai contoh, The Wisdom mengangkat maqaṣidus-syarah di balik pengharaman zina, pengharaman menikahi perempuan mahram, pengharaman riba, serta hikmah di balik perintah menutup aurat, perintah salat, perintah zakat, dan lain sebagainya. - Keenam, untuk tema-tema tertentu, pembahasan dilengkapi dengan narasi tentang riwayat sababun-nuzul dan hadis-hadis terkait. Pesan yang ingin dimunculkan The Wisdom dengan kelengkapan ini adalah perlunya melihat hadis dan latar belakang turun suatu ayat dalam menafsirkan ayat bersangkutan. Ini sesuai dengan penjelasan teoretis dari para pakar Al-Qur’an tentang peranan keduanya dalam menafsirkan Al-Qur’an. Ketujuh, The Wisdom memuat perbagai tafsir dari mufasir terkemuka seperti Al-Tabari, Ibn Kasir, Al-Qurtubi, Al-Zamaksyari, Al-Sa'labi, Fakhruddin al-Razi, Al-Alusi, Ibn Ḥayyan al-Andalusa, Al-Qusyairi, Al-Syaukani, Tantawi Jauhari, Sayyid Qutb, Burhanuddin al-Biqa'a, Tahir ibn Asyur, Muhammad Abduh, Rasyid Rida, Sayyid Tantawi, Wahbah al-Zuhaili, dan Isma'il Haqqī. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |