Pasca-rezim Orde Baru, kepemimpinan politik dan birokrasi nasional nyaris ditempati dan dipegang oleh figur inteligensia-cendekiawan-muslim sebagai aktor kunci dalam pemerintahan transisi menuju Reformasi. Jauh sebelum itu, figur cendekiawan Muslim (tradisional dan modern) nyaris terpinggirkan oleh politik kekuasaan otoritarianistis.
Pasang naik eksistensi cendekiawan Muslim di Panggung politik dan birokrasi nasional justru melahirkan fenomena unik: tak kunjung memperoleh dukungan dan simpati masyarakat Muslim yang nota bene mayoritas.
Karena itulah kemudian, saluran utama para pemimpin senior cendekiawan Muslim yang ada tidak lagi terobsesi oleh klaim-klaim keislaman, seperti ideologi dan identitas politik. Harap maklum, hingga kini, pertarungan ideologi dan identitas politik antar dan intra-tradisi intelektual Islam terus berlangsung dengan agenda dan ekspresi yang beragam.
Buku ini mempersembahkan suatu pendekatan holistik disertai metodologi yang solid dalam suatu kajian sosiologis yang kritis dan fundamental tentang arus utama genealogi inteligensi Muslim dalam hubungannya dengan pertarungan "kuasa" (power) elite politik-cendekiawan Muslin- di Indonesia masa kini dan premis keindonesiaan mutakhir.
Meliat cakupan substansi dan relevansi kajian sosiologis yang fundamental, Prof. James J. Fox (Direktur Research School of Public and Asian Studies, the Australian National University), menyebutkan buku ini sebagai referensi yang tak ada bandingannya dalam kelimpahan khazanah literatur tentang inteligensia Muslim dan kuas di Indonesia.
Adapun John Bowen (Profesor Antropologi, Washington University, Amerika Serikat), menyebutkan buku ini memperlihatkan hasil kerja kesarjanaan yang excellent tentang sejarah-sosial formasi inteligensia Muslim Indonesia, dan menjadi standar rujukan dalam topik ini.