|
Sinopsis Buku: Zaman mpok-mpok belum mengenal rebonding, lihat bebek peliharaan pujaan hati saja sudah terpuaskan rasa rindu. Bahkan kata kakek-nenek, cinta itu bisa membuat para pelakunya rela makan sepiring berdua. Puluhan tahun kemudian, ketika bebek-bebek sudah hampir punah, yang terjadi adalah 'enggak ada duit maka si abang bakal kena tendang'. *** Tapi cinta hari gini tidak semenyakitkan itu. Ada 20 tuna asmara yang bakal membagikan cerita antigalau mereka. Kamu bakal menemukan bahwa cinta itu adalah ketulusan, sumber semangat, belajar berbesar hati dan mengiklaskan. Rasa cinta itu manis sekaligus pahit, pilu namun hangat. Cinta itu... "Aku tidak bisa menjelaskan seperti apa perasaanku saat ini. Yang jelas, 'kupu-kupu yang berterbangan di perut’ itu tidak cukup untuk mendeskripsikannya. Mungkin 'kembang api yang meledak-ledak di hati' lebih cocok." (Cataplexy) "…seandainya bisa diukur, mungkin rasa sayang dan cintaku jauh lebih besar daripada si perempuan spesial banget itu. Tapi, di sinilah urusan hati. Ribet untuk dimengerti." (Dari Kaki Turun ke Hati) "…boleh jadi selama ini gue tersesat dalam labirin cinta, tapi sekarang gue yakin kalau lu adalah jodoh gue. Biarpun gue tahu kalau lu mandinya lama, makan banyak, dan suka ngiler kalau tidur. Tapi, kayaknya gue jatuh cinta sama elu." (Cinta Setengah Kentang) Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |