|
Sinopsis Buku: "Buku ini kelanjutan buku Yudi Latif sebelumnya, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila (2011). Baik dalam buku pertama tentang pendalaman aspek sejarah, rasionalitas dan aktualitas Pancasila maupun buku kedua tentang keteladanan para tokoh yang sudah almarhum maupun yang masih aktif seperti Jokowi dan Rismaharini, Yudi Latif menunjukkan kedalaman analisis, lengkapnya referensi pustaka dankeseriusan komitmennya sebagai ilmuwan sekaligus aktivis. Yudi menjabarkan ‘Pancasila sebagai ideologi terbuka’-nya N. Driyarkara. Menawarkan keteladanan tokoh-tokoh berkarakter, terkategorisasi dalam kelima sila masing-masing. Merekalah sumber mata air keteladanan Pancasila dalam perbuatan. Pembinaan dan pengembangan karakter tidak hanya dalam pengetahuan, tetapi dalam perbuatan. Merekalah sosok-sosok yang menghargai perbedaan, manusiawi dan santun, mencintai tanah airnya, demokratis, adil dan solider." - Dr. (HC) Jakob Oetama, Perintis dan Pendiri Kompas Gramedia " Suatu bangsa dapat bertahan di tengah tsunami peradaban adalah karena memiliki kecerdasan dan kearifan yang mengalir dari mata air keteladanan para pendahulunya. Di tengah kemarau budi pekerti dan tuna aksara moral yang melanda bangsa dewasa ini, Yudi Latif menunjukkan mata air keteladanan yang memancar dari berbagai wilayah negeri. Saya bersyukur sejumlah sosok teladan yang dikisahkan ada juga yang berasal dari lingkungan Muhammadiyah, selain dari komunitas-komunitas keagamaan lainnya. Buku ini dapat menjadi lentera menuju jalan keluar ke gerbang Indonesia berkemajuan. Maka, buku ini penting dan bermanfaat untuk dibaca." - Prof. Dr. Din Syamsuddin, Ketua Umum PP Muhammadiyah "Dalam Muktamar tahun 1936 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, NU menegaskan Islam dan Nasionalisme saling memperkuat dan tidak bertentangan. Karena itu, NKRI, Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika itu harga mati. Ditegaskan lagi dalam Resolusi Jihad tahun 1945, membela Tanah Air adalah jihad fi sabilillah. Kembali ditegaskan di Musyawarah Nasional tahun 1983 di Situbondo, Jawa Timur, NU mengatakan negara kebangsaan, NKRI sudah final. Buku ini berisikan contoh nyata, teladan tokoh-tokoh bangsa yang mengamalkan Pancasila dengan baik dan benar, sudah jelas sangat layak dibaca." - Dr. K.H. Said Aqil Siroj, MA, Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama "Di tengah wacana krisis keteladanan dan etika moral Pancasila, buku ini seolah ingin membuka mata hati dan pikiran kita terhadap berbagai teladan dan perilaku Pancasila yang sesungguhnya ada di hadapan kita. Kejelian dan ketekunan Yudi Latif sebagai penulis mampu mengungkap keteladanan para tokoh masyarakat, mulai zaman kemerdekaan hingga era Reformasi, secara gamblang. Penyajian dan uraian mendalam dengan penekanan aspek afektif dan konatif (tindakan), tentang berbagai tindakan para tokoh ternama maupun tokoh yang terabaikan oleh publikasi, telah memberikan ilustrasi penuh makna betapa implementasi keteladanan dan moral Pancasila sesungguhnya ada dan bertebaran di sekeliling kita, namun tertutup oleh arogansi sikap dan warta skandal. Buku ini ibarat mata air di tengah padang pasir yang dapat menghapus sikap sinis yang berkembang sekaligus membangkitkan kembali optimisme terhadap keteladanan dan moral Pancasila yang didambakan masyarakat luas. Bagi kalangan muda, mulai dari pelajar hingga mahasiswa yang haus dan merindukan sikap keteladanan, buku ini layak dijadikan inspirasi untuk pengembangan pribadi, watak dan karakter yang sejalan dengan moral Pancasila sesungguhnya. Penulis telah membuktikan bahwa keteladanan dan moral Pancasila belum sirna dari bumi Nusantara tercinta. Kita hanya perlu mengembangkan kepedulian dan cermat mengamati serta menilai secara jujur tanpa prasangka terhadap berbagai dinamika lingkungan yang berkembang seperti yang diungkapkan penulis dalam buku ini." - Prof. Dr. Budi Susilo Soepandji, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional RI "Di tengah krisis keteladanan, buku ini memberi inspirasi dan kepercayaan diri kepada kita bahwa pengamalan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat diwujudkan. Pejabat publik dan pegawai aparatur sipil negara wajib membaca buku ini.” - Prof. Dr. Agus Dwiyanto, Kepala Lembaga Administrasi Negara "Lebih dari sekadar inspiratif, buku ini sungguh kaya keteladanan. Penulis sangat lengkap memotret para teladan Pancasila, mulai dari kisah para pelopor Republik di tengah gegap gempita revolusi, hingga pengalaman rakyat awam yang sepi pemberitaan. Buku ini wajib dibaca bagi semua orang yang ingin memahami Pancasila sebagai filosofi yang hidup, bukan sekadar teks. ‘Moral is not taught but caught,’ tidak cukup diajarkan tapi perlu dihadirkan dengan keteladanan." - Surya Paloh, Chairman Media Group dan Penggagas Gerakan Restorasi "Yudi Latif, sedikit intelektual yang sangat produktif. Dalam buku ini, ia mampu menghadirkan kisah teladan para tokoh perajut dan pendiri bangsa dalam sentuhan pengalaman riil, mengisi rongga batin pembacanya yang dikemas dalam butiran nilai Pancasila secara utuh. Itu sangat berharga bagi guru yang telah lama merasakan krisis keteladanan dan kesulitan mengajarkan moral Pancasila secara tepat dan bernas. Dengan membaca buku ini, para guru akan dapat bertutur kepada muridnya, meneladani pesan moralnya, dan dapat menjadi sumber inspirasi bagi perilaku para muridnya ketika di masyarakat. Buku ini sangat baik dibaca oleh para guru, calon guru, orangtua, politisi, dan pemimpin di berbagai tingkat dan bidang.” - Dr. Sulistiyo, M.Pd., Ketua Umum Pengurus Besar PGRI "Buku yang harus dibaca oleh siapa pun yang peduli akan pengejawantahan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Keteladanan yang sekarang ini merupakan komoditas yang sangat langka di negeri ini berhasil diangkat dalam buku ini melalui tokoh-tokoh bangsa Indonesia yang lintas budaya dan agama dalam referensi pengamalan Pancasila melalui perannya masing-masing." - Bahrul Hayat, Ph.D., Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |