"Kau tahu, kenapa aku dibiarkan Tuhan untuk terus-menerus berbuat jahat dan berada di sisi gelap?" Demikianlah Tuan setan bertanya siang itu ; ia baru saja bangun tidur setelah mabuk semalaman. Aku menggelengkan kepala. Aku benar-benar tidak tahu jawabannya dan tidak sedang ingin menebak. “Aku tak pernah mengenal Tuhan sebaik kau mengenal-Nya," kataku pendek.
Ia tersenyum agak sinis. "Karena aku abadi !" katanya. "Aku diberkati usia yang tak punya masa kadaluarsa !". Aku terdiam beberapa saat. “Bukankah itu hukuman?” Tuan setan terkekeh. Ia memebirikan isyarat sederhana dengan mengangkat dan menggerak-gerakan kedua alisnya, “Anggap saja begitu .
Kau boleh menganggapnya hukuman atau kutukan Tuhan untuk ku, terserah, tetapi sesungguhnya bagiku ini keberuntungan ! Kau tahu, aku benegoisasi untuk mendapatkannya. Maka hidupku, setiap detiknya, adalah hak yang diberikan Tuhan dan aku boleh menggunakanya sesuka hati ku. Sementara hidupmu, setiap detiknya, hanya hadiah! Tuan setan tertawa di ujung kalimatnya.