|
Sinopsis Buku: Aku tak pernah mampu memilih akan lahir dari rahim Ibu yang mana, atau memilih siapa yang menjadi Bapakku. Namun, waktu mengajarkanku bahwa hidup memang baru bisa memilih sesaat setelah kita dilahirkan. Bagiku, Bapak adalah sosok Ayah sekaligus Ibu bagiku. Aku bangga pada setiap teguran yang kuterima, aku bahagia pada setiap pujian yang kudapatkan Mungkin Tuhan memang memberiku takdir seperti ini. Menjadi seorang anak yang kerap membuatnya menangis, kerap mern-buatnya bersedih, meski senyum dan tatapan mata penuh cahaya itu selalu mencoba menutupinya. Ketika mereka bangga pada sosok Ibu, maka akulah yang akan berdiri paling depan untuk mengatakan betapa bangganya aku pada Bapak. "Aku rindu pada setiap canda tawa yang kau ajarkan padaku" Jika ada kehidupan setelah ini. Jika Tuhan memberiku hidup dari awal lagi. Percayalah aku akan hidup dengan tetap memilih menjadi anakmu. Seperti saat ini. Kuhabiskan sisa hidupku hanya untuk bersamamu, di sini, di dunia ini hingga surga nanti. Aku bahagia menjadi anakmu. Resensi Buku:
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() oleh: eko yuli Mutiara Istijabah.... (seorang anak dan pemulung yang selalu mencoba mencari uang untuk membelikan selimut dan makan enak untuk sang AYAH) "Pak sudah makan belum? Sedang apa dirumah? Semoga selalu diberi sehat oleh ALLAH. Pak Jabah kerja dulu, maaf tidak bisa menemani Bapak seharian. Jabah kangen Pak." Jabah juga mengajarkan suatu hal yaitu " aku hidup bukan hanya untuk diriku sendiri, tetapi juga untuk orang lain..." ![]() Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |