|
Sinopsis Buku: Cara Triyanto Triwikromo menyampaikan cerita begitu menarik buat saya. Surga Sungsang yang bercerita tentang tanjung yang hendak tenggelam dan pergolakan tokoh-tokohnya melawan kekerasan serta memperjuangkan kebenaran membuat saya tak habis pikir bagaimana ia bisa menulis seperti itu. Saya kagum. - Linda Christanty; Pemeroleh Penghargaan Sastra Asia Tenggara - SEA Write Award- 2013 Menyorot sejarah kelam negerinya, novel liris ini ditulis secara akurat dan cermat oleh pengarang yang pernah memperoleh penghargaan sastra 2009 Pusat Bahasa. Surga Sungsang berbicara tentang persoalan penting kemanusiaan yang dikemas canggih dalam teknik penceritaan inovatif. Triyanto menyebut-nyebut Allah, malaikat, Jibril, ayat, surga, neraka, syekh, kiai, wali, umat, Tanah Jawi, Wali Sanga, lurah, adipati, dan idiom-idiom keagamaan serta keindonesiaan lain, tetapi istimewanya, dia sama sekali tidak menyitir dalil-dalil dan nash-nash agama maupun butir-butir Pancasila dan UUD 1945. Justru karena itulah novel tentang perilaku manusia dan teleng-nya agama serta kondisi Indonesia yang memilukan dan masih terus memilukan, ini memikat. - A. Mustofa Bisri; Penyair dan pengasuh Pondok Pesantren Raudlaut Thalibien, Rembang. ...Benar-benar surga sungsang; firdaus di bumi dan sekaligus kiamat yang digerakkan manusia sendiri. Yang ganjil silih berganti dengan yang riil. Chaos dan kosmos. Ada kecanggihan dan ada juga kepintaran dalam novel ini — sebuah novel yang akhirnya bukan sekedar karya fiktif... Di situ kita diingatkan akan konsep teater epik Brecht. Dengan terus terang pula pengarangnya memperlihatkan sebuah permainan yang cerdas, kerapian realisme (dengan latar Indonesia) yang dihiasi imaji-imaji surealistis yang ia taktik dari karya Gabriel Garcia Marquez. - Goenawan Mohamad; Penyair dan kritikus. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |