|
Sinopsis Buku: Pengalaman batin ketika menjalankan laku meditasi adalah perjalanan spiritual pribadi yang tidak bisa disama-ratakan antar-penghayat, kendati dilakukan dengan cara yang sama, karena faktor penentunya bukanlah semata-mata metode yang baku. Itulah sebabnya buku ini diberi judul Pengalaman Pribadi Belajar Meditasi. Buku ini sama sekali bukanlah tuntunan latihan. Apalagi Penulis sama sekali bukan seorang guru, dan pengalamannya pun baru setingkat pemelajar pemula. Kendati ada sisi-sisi agak “serius” di buku ini—terutama menyangkut apa yang mendorongnya berlatih meditasi—Penulis juga ingin menyampaikan bahwa berlatih meditasi memiliki sisi-sisi lucu. Misalnya ketika ia menyadari bahwa pikirannya terlalu ngawur, yaitu bukannya serius berlatih mengamati fenomena yang ditangkap keenam indra, tapi malah sibuk mengagumi lengan atas sang guru yang berotot! Padahal sang guru adalah seorang biksu petapa.... Selebihnya, buku ini adalah tentang kisah pergolakan batin seseorang setelah ia dihantam pertanyaan eksistensial menyangkut kematian; kematian seorang sahabat yang kemudian menjadi kekasih dan lantas suami, serta kematian anak semata wayang mereka. *** "Eling lan waspada... kesadaran dan kewaspadaan... conscience and vigilant... itulah yang saya pikir dibagikan Nusya Kuswanti n kepada pembaca lewat anekdot-anekdot pengalamannya jatuh-bangun, masuk-keluar, merasakan-memikirkan praktik meditasi menuju penemuan jati dirinya. Ibarat seorang pesilat ahli meringankan tubuh, Nusya memaparkan hal-hal yang tidak ringan dalam bahasa yang enteng. Membaca buku ini, kita disadarkan ada banyak jalan (laku) untuk menemukan jati diri sebagai pribadi, ibu, istri, pemeluk agama, anggota keluarga, atau mahasiswa. Kita punya pilihan: mau ambil jalan lurus dan aman-aman saja, atau yang berliku-kelok penuh romantika." - Lono Simatupang; Antropolog UGM ”Kita berada di dalam jaring-jaring kehidupan, dipersatukan oleh pengalaman serupa. Pertanyaan ”mengapa aku” (harus mengalami ini) adalah pergulatan panjang yang jawabannya raib di ujung, karena bukan jawaban yang akan menuntun, melainkan pengalaman itu sendiri. Pengalaman adalah jalan menuju suasana batin eling. Namun, jalan itu berliku dan penuh perangkap. Buku ini menuturkan dengan sangat jujur, sekaligus penuh humor, perjalanan menuju eling, yang tak lain adalah perjalanan untuk menemui diri sendiri: jalan terpanjang menuju tempat yang paling dekat...." - Maria Harti ningsih; Wartawan Kompas Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |