|
Sinopsis Buku: Dekapan kemiskinan membuatnya sempat ragu dengan apa yang selama ini menjadi keyakinannya sebagai seorang muslim, Klimaksnya, ia terjebak dalam krisis internal dan konflik spiritual, la bahkan merasakan ketidakadilan bukan saja dari sesama manusia, tapi juga Tuhan yang telah ia sembah sekian lama. Apa yang ia dapat dari shalat, puasa wajib setiap bulan Ramadhan hingga puasa Senin Kamis yang tidak pernah ia lewatkan? Apa yang diberikan Tuhan sebagai balasan atas qiyamul tail (shalat malam) yang selalu berusaha ia dirikan sekalipun sering terkalahkan oleh rasa capek? Apa yang ia dapatkan dari rintihan' doa bersimbah air mata merenungi lembar-lembar nasi^yang enggan ia terima? Semua keraguan itu membawanya ke satu muara bahwa kuliahnya selama, ini hanyalah memenuhi satu dogma tak tertulis dari feedua orangtuanya. Kuliah untuk memperbaiki nasib, agar mendapatkan penghiduppn yang layak. Dan demi membalas budi terhadap cinta dan pengorbanan-kedua orangtuanya, pahlawan tanpa tanda jasa dalam hidupnya tersebut, ia pun rela bergumul dengan diktat-diktat kuliah yang baginya sangat menjemukah itu. Hingga takdir membawa langkahnya menemukan oase bagi dahaga spiritualnya selama ini. la menemukan bahwa kehidupan itu tidak selalu gersang laksana padang pasir. Ada cinta yang sebenarnya selalu siap menyirami setiap hatiyang kering dan menyejukkan jiwa yang tandus. Dan cinta itu dengan setia selalu menunggu hadirnya para pecinta sejati. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |