"Saya tidak tahu kalau broken home, cinta, dan skizofrenia bisa nyambung dengan Jalaluddin Rumi, bahkan sampai ke tanah kelahiran sufi besar tersebut. Jika kalian sama dengan saya tidak tahu, baca saja novel ini, yang dengan berani memakai judul Hamdım, Piştim, Yandım."
- Tere Liye, novelis.
"Membaca novel ini, saya seperti terbang kembali berpesawat puisi Rumi. Saya menemukan diri lagi. Sayap-sayap yang semula tercerai-berai kini mengutuh lagi. Hingga penerbangan ruhani tersentak membumi tatkala saya tersadar makna kedalaman Hamdım, Piştim, Yandım."
- Abdul Wachid Bs., penyair
"…Meskipun penulisnya belum sama sekali berkunjung ke Konya, kecerdasan Ayun dalam melakukan riset yang memperkuat novel ini patut diacungi jempol."
- Bernando J. Sujibto, kolumnis dan peneliti. Sedang persiapan studi master sosiologi di Selcuk University, Konya, Turkey.
"Novel ini mengisahkan pergulatan diri untuk menemukan kebenaran sejati. Dituturkan dengan bahasa yang bernas, latar yang dipilih pengarang pun menantang, dan bertaburan kejutan."
- Sulfiza Ariska, Pemenang Unggulan Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2012.
"Rasa dan logika sering diajak berlari, kemudian diam-diam dipermainkan dengan manis oleh sajian si penulis novel ini. Amazing! Keyakinan hati adalah otak dari segala tapak! It's said."
- Aufa Amza, penikmat sastra.