|
Sinopsis Buku: Bermula dari Kuliah Kerja Nyata (KKN), dia jatuh cinta kepada sebuah desa di Ciseeng, Bogor. Ketika semua temannya ingin lekas-lekas menyelesaikan kuliah, wisuda, dan mencari kerja, dia malah kembali ke desa tempat dia KKN. Dia mengalami jatuh cinta yang absurd seperti cinta Majnun kepada Laila. Apa yang membuat hatinya tertambat di sana? Desa itu tergolong miskin. Jalan menuju ke sana pun rusak berat, lebih-lebih kalau musim penghujan. Terpincut gadis desa yang cantik? Tidak juga. Sebagian besar gadis di desa itu hanyalah sekolah sampai SD. Setelah itu, mereka menikah, atau dinikahkan. Para pemudanya pun hanya satu-dua yang tamat SMA. Itulah rupanya yang membuat dia enggan pergi. Dia ingin membantu anak-anak desa itu mengecap pendidikan yang lebih tinggi. Agar mereka berani menggantungkan mimpi setinggi bintang. Padahal, dia sendiri hanyalah mahasiswa miskin, yang kadang tak punya ongkos untuk berangkat kuliah. Bagaimana akhirnya dia bisa membangun gedung sekolah di desa itu? Memoar inspiratif, kisah nyata perjuangan seorang pemuda mendirikan sekolah gratis bagi anak-anak pinggiran. *** "Aku bangga lulus sekolah dari yang didirikan dengan pengorbanan dan perjuangan. Semoga aksi Kak Hadi bisa menstimulus banyak orang untuk melakukan hal yang sama, menumbuhkan benih-benih kecil di banyak pelosok desa." - Asih Purnamasari, mahasiswi ITB, penerima beasiswa Pemda Jabar, alumnus pertama Sekolah Alternatif Cendekia "Masyarakat butuh orang-orang seperti Hadi." - Bahrul Hidayat, kiai dan tokoh masyarakat Babakan, Ciseeng-Bogor "Ada hal penting yang sering kita lupakan, yakni melatih anak-anak berani bermimpi. Di Sekolah Cendekia, yang siswa-siswinya dari golongan ekonomi lemah, keberanian bermimpi mendapat penekanan yang luar biasa.” - Setiyo Iswoyo, General Manager Yayasan Amal Khair Yasmin Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |