|
Sinopsis Buku: Ketika Al-Quran diturunkan, menurut pengamat sastra Arab Muhammad bin Sulam al-Jumahi, dalam bukunya Thabaqat Fuhul asy-Syu'ara, peran penyair semakin menjadi-jadi. Diturunkannya kitab Al-Quran yang sangat luar biasa estetisnya pada seorang ummi (buta baca-tulis) Muhammad, telah memicu kreativitas para penyair Jahiliyah untuk menyaingi kedahsyatan estetik Al-Quran. Tentu, Al-Quran mengisyaratkan, hanya karya sastra yang beretika (bermoral) serta mengajak pada kebaikan dan menjauhi segala ke-fasad-anlah yang dapat membawa kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Ketika turun ayat "Dan para penyair diikuti oleh orang-orang yang sesat", Hasan bin Tsabit dan Ibnu Rawahah yang dikenal sebagai penyair Muslim cepat-cepat menghadap Nabi dan berkata: "Wahai Rasulullah, ayat tersebut telah turun, dan engkau sungguh mengetahui bahwa kami ini adalah penyair". Nabi kemudian bersabda: "Sesungguhnya orang mukmin berjuang melalui pedang dan lidah (tinta)nya". Aguk Irawan MN, selain mengajar kebudayaan dan keislaman di perguruan tinggi, ia juga menulis di pelbagai surat kabar dan buku. Tiga buku kumpulan cerpennya yang sudah terbit adalah Hadiah Seribu Menara (2000), Sungai yang Memerah (2004), dan Adik Berbaring di Gerobak Ayah (2007). Selain cerpen, ia juga menulis novel, puisi, esai serta menerjemahkan beberapa karya sastra Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia dan dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Arab. Salah satunya adalah Ashabul Kahfi karya sastrawan kesohor Arab, Taufik el-Hakim. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |