|
Sinopsis Buku: "Diberitahukan kepada seluruh warga Kampung Telaga, telah putus cinta dengan tergesa-gesa dan tidak tenang Saudara Panji bin Rahmat Hidayat pada malam ini pukul 08.15 WIB. Jasad cintanya akan dikebumikan di dalam lubuk hatinya yang terdalam. Bagi yang ingin menyampaikan belasungkawa, silakan datang ke rumah yang bersangkutan. Bagi gadis yang telah ditinggalkan cintanya, semoga diberi ketabahan dan kesabaran. Demikian pengumuman ini disampaikan, mohon maklum adanya." Mutusin cinta emang nggak gampang strateginya pun nggak ada yang tertulis dalam buku-buku how to yang beredar di pasaran. Ini yang membuat Panji jungkir balik memikirkan cara untuk memutuskan Nuraini. Nuraini, sosok yang dulunya bikin Panji tergila-gila untuk segera mendapatkan cintanya. Nuraini yang begini-begitu, Nuraini yang blah blah blah. Tapi apa daya, cinta mereka memang harus diakhiri… sesegera mungkin! ---------------------------------------- Setiyo Bardono, seorang TRAINer (penumpang kereta rel listrik) kelahiran Purworejo, 15 Oktober. Antologi puisi tunggalnya antara lain: Mengering Basah, Mimpi Kereta di Pucuk Cemara, dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta. Selain aktif di [email protected] dan facebook: Solidaritas Jabodetabek untuk KRL yang lebih baik, penulis bergiat di Paguyuban Sastra Rabu Malam (Pasar Malam). Web: setiakata.multiply.com Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |