|
Resensi Buku:
oleh: a. syaifudin .z Kenapa harus Naga ? apa istimewanya seekor Naga, hingga dia dipercaya sebagai lambang kekuasaan dan kekayaan bagi sebagian besar masyarakat Asia ? tak ada bukti fisik yang menyatakan secara tegas, bahwa mahkluk ini pernah menghuni bumi kita ini. apalagi jika kita sertakan kesaktiannya yang banyak disebut dalam literatur kuno China : Naga dapat mengubah ubah ukurannya sesuka hati Dia dapat mengecil hingga tidak mungkin ditemukan Dia dapat membesar hingga membuat langit menjadi gelap Saat membesar dia dapat menggeser langit dengan tiupan nafasnya Dia berkuasa atas cuaca Dia dapat mendatangkan kesuburan atau bencana sesuka hatinya Dan masih banyak lagi dongeng dongeng tentang Naga. Pertanyaannya adalah : dari mana asal mahkluk ini ? padahal dia sendiri tidak pernah ada di dunia ini. Apakah dia adalah hasil fantasi liar manusia kuno ? yang diciptakan pemuka agama kuno untuk mengambil keuntungan pribadi ? memang dalam sejarah banyak dukun-dukun yang memanipulasi kisah legenda Naga diatas bagi keuntungan pribadinya, tapi mungkin ada penjelasan lain yang lebih logis dan lebih bermanfaat. Untuk memahaminya, marilah kita menoleh pada ilmu antropologi : Ada alasan lain sebuah simbol tercipta : �untuk mempermudah komunikasi�. Dalam kasus masyarakat yang sangat kuno, suatu pesan dibuat dengan guratan sesederhana mungkin, tapi memiliki makna yang sedalam mungkin. Ini karena, pada jaman dahulu teknologi sangat primitif, hingga untuk membuat satu huruf saja perlu perjuangan keras. Mengingat lambang ini hanya diwariskan turun temurun pada keluarga Kerajaan, dan cenderung ada pelarangan penggunaan lambang ini untuk rakyat jelata, maka jika ada suatu pesan yang tersembunyi dalam lambang ini, tentulah pesan itu sangatlah berharga dan berbahaya. Dengan menggabungkan berbagai litteratur yang terpecah di berbagai dinasti dalam sejarah Tionghoa, mulai dari penemuan dari sisa sisa kebudayaan �Yangshao� 6000 tahun yang lalu, hingga percakapan makan siang sederhana pada akhir dinasti Han, dianalisa dengan pendekatan antropologis, sambil tetap mempertahankan logika dan meniadakan unsur unsur gaib yang selama ini mewarnai kisah kisah Naga, penulis merangkum dan mengungkapkan dengan gamblang, kode rahasia yang tertanam dalam lambang Naga Tionghoa. Hasilnya sungguh luar biasa. Ternyata, menurut buku ini, Naga Tionghoa bukanlah sesosok mahkluk gaib yang mampu mendatangkan kekayaan ataupun bencana, hingga harus disembah, seperti yang dipercayai banyak orang. Melainkan, lambang ini adalah serangkaian sandi tentang bagaimana memimpin satu negara. Didalamnya tertera pula cara cara mengumpulkan kekayaan yang maha besar. Maka tidaklah heran jika pada jaman kuno lambang ini cenderung dimonopoli oleh kalangan istana. Hebatnya lagi, berdasarkan pembabaran yang berhasil diuraikan oleh penulis, terlihat jelas bahwa tidak ada satu pemimpin besarpun di dunia ini, yang pernah mencapai posisinya tanpa melalui jalan sang Naga. Baik sadar ataupun tidak mereka menjalani jalan sang Naga. Walau mereka mungkin tidak tahu tentang Naga, mareka tanpa sadar menjalaninya. Lalu, apa sajakah 11 unsur itu ? 1. Mata sang Harimau : � Artinya pemimpin harus memiliki cita cita yang sangat tinggi, begitu tingginya seolah menelan langit dan bumi dan melaksanakannya seolah takdir dari langit � Fakta bahwa harimau hanya mengaum sekali sekali dan membuat seluruh penghuni hutan waspada, artinya pemimpin harus menjaga kata katanya. Harimau diwaspadai karena setiap mengaum akan ada korban. Pemimpin yang banyak bicara kosong tidak akan dianggap serius. 2. Kepala unta : � Pemimpin harus sanggup menderita, dan berkorban demi rakyatnya sebelum dia menikmati sesuatu 3. Taring Serigala : � Pemimpin harus mampu bertindak cerdik dan kreatif � Pemimpin harus didukung orang orang hebat dalam merealisaksikan mimpinya 4. Tanduk Rusa : � Pemimpin haruslah memiliki kehormatan dan Kharisma 5. Telinga Sapi : � Pemimpin harus tekun, serta bersedia memulai pekerjaan besar melalui mengerjakan pekerjaan pekerjaan kecil yang seolah tidak berarti 6. Janggut Kambing : � Pemimpin harus rendah hati 7. Cakar Elang : � Pemimpin harus mampu melihat situasi yang ada sebelum mengambil tindakan. Laksana elang yang memantau dari langit sebelum melakukan satu serangan mematikan � Fakta bahwa Elang senantiasa membawa mangsanya ke tempat tinggi sebelum menikmatinya, mengartikan bahwa pemimpin harusnya tidak terlena dengan kemenangan, dan segera menikmati pencapaiannya. Melainkan dia hanya bisa menikmati pencapaiannya setelah dia mengamankan situasinya 8. Antenna Lele : � Pemimpin Harus peka 9. Tubuh Ular : � Laksana ular yang rela menunggu lama sebelum melakukan serangan mematikan, maka seorang pemimpin seyogyanya dalam bertindak harus tepat � Fakta bahwa ular dapat memiliki reaksi mematikan jika dikagetkan, walaupun dia sedang tidur. Menyatakan, bahwa pemimpin harus senantiasa waspada walaupun dia sedang bersenang senang 10. Ekor bagai air yang mengalir � Pemimpin haruslah flexible 11. Alis pertapa � Pemimpin haruslah senantiasa melakukan refleksi diri, dengan demikian dia senantiasa berada di jalan yang benar terakhir, Naga selalu digambarkan menari nari diatas langit. Ini berarti bahwa mereka yang berhasil menjadi penguasa, diibaratkan hidup diatas langit laksana dewa dewi. Tapi pada saat kita sedang diatas langit, kita hanya dapat melihat dunia dengan 2 mata, sedangkan dunia melihat kita dengan jutaan mata. Demikianlah sang pemipin hanya mampu memahami dunia dengan kepekaan tinggi atau saat dunia mengalami pergolakan dahsyat. Sedangkan semua gerak gerik pemimpin selalu manjadi perhatian dunia. Kesalahan sedikit saja akan jadi pergunjingan hebat. Tapi hanya setelah dia melakukan gebrakan besarlah orang baru bicara baik tentang dirinya. Banyak pemimpin yang lupa memahami hal terakhir ini. Demikianlah kekayaan dan kekuasaan dapat didatangkan oleh Sang Naga. Tapi, yang membuat buku ini menjadi lebih menarik lagi adalah cara penulis membabarkan pengetahuannya. Pengetahuan yang sedemikian dalam disampaikan dalam bahasa yang sangat sederhana dan langsung mampu membuat pembacanya memahami konsep yang disampaikan secara mendalam. Seolah olah pemahaman itu langsung diinstall kedalam bathin para pembaca. Sebagai contoh : semua orang tahu bahwa pemimpin haruslah siap menderita, tapi setelah membaca buku ini, kita bisa langsung merasakan hal seperti ini :�Oh ! inilah penderitaan yang mampu menjadikan kita hebat�, atau semua orang tahu bahwa pemimpin haruslah peka. Setelah membaca buku ini, pembaca langsung dapat beragumen : �Oh, seperti inilah yang namanya kepekaan itu�. Dan masih banyak lag. Berbeda dengan buku kepemimpinan pada umumnya yang kadang sulit dipahami dan perlu penalaran mendalam untuk menguasainya. Akhir kata, saya tantang pembaca untuk mencoba menganalisa buku ini dengan sikap skeptis dan curiga. Cobalah sebut seorang pemimpin besar umat manusia, maka kamu akan menemukan semua unsur sang Naga dalam dirinya. Dan buktikan sendiri rahasia luar biasa yang tergantung didalamnya. Add your review for this book! Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |