|
Sinopsis Buku:
"Sungguh aku menginginkan Yasin berada di dalam hati setiap insan dari umatku." - Hadis Nabi "Alquran yang diturunkan untuk mendatangkan kekuatan dalam kehidupan kini dibacakan untuk mengantarkan kematian". - Muhammad Iqbal Sindiran penyair sekaligus filsuf Pakistan itu begitu menohok. Kenyataannya memang demikian. Sering kita saksikan orang-orang membaca Surah Yasin untuk mengiringi orang yang tengah sakratulmaut atau untuk orang yang sudah mati. Salahkah? Tentu saja tidak. Lalu?Yâ Sîn. Bunyi ayat pertama sekaligus nama surah ini merupakan panggilan kesayangan Allah khusus kepada setiap hamba yang membacanya. Allah menyeru pembaca “Jantung Alquran” ini untuk berjuang menyebarkan kasih sayang.Ketika ditimpa berbagai penderitaan, seseorang memerlukan pijakan yang amat kuat, yang kukuh. Ketika dakwah Nabi Muhammad dilecehkan, dan bahkan Nabi sendiri mulai diserang, surah Yasin diturunkan untuk memperkukuh basis perjuangannya dalam menegakkan keadilan dan kasih sayang, yang sering kali diringkas menjadi penegakan kebenaran.Tuhan memberi kita kemerdekaan. Sayangnya, ia sering kita salah gunakan. Kita acap menggadaikan kemerdekaan dengan mengekor pikiran orang lain. Hidup kita sekadar peniruan terhadap pikiran orang lain. Hasrat kita hanyalah kutipan belaka. Surah ini memperingatkan kita agar mampu memilih kebenaran dan bisa memanfaatkan hukum ketertarikan untuk kesejahteraan hidup.Surah Yasin juga menyampaikan kabar bahwa dalam kehidupan ini kita senantiasa diiringi utusan-utusan Allah yang senantiasa memperingatkan umat manusia agar selamat hidupnya. Sayang, banyak utusan yang didustakan manusia. Sayang pula, banyak orang yang minta diakui sebagai utusan Allah. Akibatnya, hidup ini tidak sepi dari konflik kepercayaan dan agama, dan saling menyesatkan.Itulah secuil tafsir yang diajukan Achmad Chodjim sebagai upaya menghidupkan surah Yasin dalam kehidupan sehari-hari.Chodjim membuktikan bahwa Alquran tidak pernah ketinggalan zaman. Ia mengaitkan surah Yasin dengan isu aktual, seperti pemanasan global dan kekerasan dalam beragama. Dengan demikian, keajaibannya dapat dimaknai dan dipahami secara lebih luas, bukan hanya sebagai penyembuh si sakit atau penghibur si mati. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |