|
Sinopsis Buku: Saptono lahir dan tumbuh bersama kesengsaraan bangsa pada masa penjajahan bala tentara Dai Nippon. Ia ikut kelaparan saat kota Solo menjadi ajang pergulatan paham komunis, yang disusul dengan konflik kaum pejuang kemerdekaan dengan pasukan Belanda-NICA. Dalam ketaksempurnaannya, Saptono punya tanggung jawab sebagai pembimbing bangsa dan keluarga. Sebagai penyandang cacat lahir-batin, Saptono tak dapat bersyukur atas kelahirannya di dunia, padahal ia dilahirkan sebagai bayi bangsawan, tapi hidup tanpa wahana feodal. Ia lahir di tempat yang salah, di zaman yang salah, dan diasuh indung kandung yang salah pula. Tempatnya di Surakarta Hadiningrat, di akhir zaman feodal, zaman Perang Asia Timur Raya, sekaligus zaman revolusi kemerdekaan Indonesia. Sebuah novel sejarah yang merekonstruksi kehidupan sosial masa lalu sebagai bahan pembelajaran demi terciptanya masa depan yang lebih baik. Suparto Brata, lahir pada 27 Februari 1932 di Centrale Burgere Ziekenhuis di pusat Kota Surabaya (sekarang jadi Mal Surabaya Plaza), Jawa Timur. Menulis dan mengarang sejak tahun 1952 di banyak surat kabar dan majalah antara lain, Siasat, Mimbar Indonesia, Surabaya Post, Jawa Pos, dan Kompas, menerima The S.E.A. Write Awards 2007 dari Kerajaan Thailand. Pernah dipilih sebagai blogger tertua Indonesia oleh TV-One Jakarta (2009). Buku yang pernah diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas dan merupakan trilogi, Gadis Tangsi, Mahligai di Ufuk Timur, dan Kerajaan Raminem. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |