|
Sinopsis Buku: Mengapa para jemaah yang telah menunaikan ibadah haji pada umumnya ingin kembali dan kembali lagi ke Tanah Suci? Mengapa hampir setiap Muslim merindukan bertemu langsung dengan Baitullah, “rumah tua” yang disebut Allah SWT dalam Al Quran dan diyakini bahkan telah ada sebelum diciptakannya Nabi Adam, sang manusia pertama? Ibadah haji memang penuh misteri. Ia bukan sekadar ibadah dalam arti interaksi langsung antara kita, manusia, dengan Al Khalik. Ibadah haji adalah momentum silaturahmi dan reuni akbar umat manusia yang hidup dipisahkan secara fisik oleh batas negara, benua, dan samudera mahaluas, serta dibedakan atas dasar warna kulit, bahasa, dan tradisi. Catatan-catatan pendek yang kemudian dibukukan ini merekam kembali perjalanan haji penulis yang tergabung dalam Rombongan 7, Kelompok Terbang (Kloter) 85 JKS pada musim haji 2010. Sebuah ritual, yang menurut pemikir Islam, Ali Syariati, bukan sekadar ibadah fisik biasa, melainkan suatu perjalanan manusia menuju keabadian, menuju Allah Yang Mutlak, menuju Dia Yang Abadi. Syamsuddin Haris, lahir di Bima, Nusa Tenggara Barat, 9 Oktober 1957. Peneliti senior dan profesor riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Meraih gelar doktor ilmu politik di FISIP UI (2008). Menulis sejumlah buku, puluhan artikel di jurnal ilmiah, dan lebih dari 200 kolom opini di media cetak, terutama Kompas. Sejak 2008 menjadi Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI, Sekjen Pengurus Pusat Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (2008-2014), dan Anggota Dewan Riset Nasional, Komisi Teknis Sosial dan Humaniora (sejak 2012). Bersama istrinya, Rochmawati, Syamsuddin menunaikan ibadah haji pada tahun 2010 dengan memilih jalur ONH Reguler. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |