|
Sinopsis Buku: Misbahul Huda diserahkan oleh bapaknya'dalam keadaan Jawa Pos masih miskin, maka meski dia seorang insinyur dan lulus dengan cum kiude, gajinya sama dengan lulusan SMA biasa. Dia rupanya menerima kenyataan itu dengan alasan "daripada dirinya ditangkap tentara...." Bukan hanya gaji yang kecil, Huda pun harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan helper, seperti harus naik genteng memasang antena yang sama sekali tidak diperlukan keterampilan seorang insinyur. Tapi Huda menekuninya sesuai pesan bapaknya. Kian lama posisinya kian tinggi, sehingga menjadi lebih sering berhubungan dengan saya. Dari situ saya tahu bahwa Huda memang punya potensi yang besar. Tapi dari situ juga saya tahu bahwa Misbahul Huda ternyata masih terusjadi aktivis, di samping^sebagai manajer percetakan. Saat itulah saya berdiskusi panjang dengannya. Saya beri gambaran kalau keaktifannya di perusahaan tidak banyak terganggu, dia akan berhak menduduki posisi direktur dan kelak direktur utama. Saat itulah saya minta dia memilih. Saya tentu tidak melarangnya berdakwah, tapi juga tidak mau kalau dia tidak fokus mengurus perusahaan. Saya selalu percaya, seorang aktivis di kampus pada dasarnya adalah bibit unggul. Aktivis kampus adalah orang-orang yang amat militan, sehingga kalau kelak menerjuni bidang lain juga pasti akan militan. Orang-orang yang militan cenderung berhasil hidup di tengah masyarakat. Seandainya dia jadi pengusaha pun dia pasti berhasil. Karena profesi apapun sebenarnya juga perlu militan. Jadi menurut saya, militan itu baik, asalkan tepat transformasinya dan tahu cara metamorfosisnya, maka hasilnya akan luar biasa. - Dahlan Iskan, Menteri BUM Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |