|
Sinopsis Buku: 23 Episentrum Tiga anak muda mengejar dan menemukan profesi yang didamba. Matari, mengejar penghasilan untuk membayar utang kuliah dan menjalani hidup sebagai reporter. Awan, seorang pegawai bank yang menunggu waktu untuk mewujudkan impiannya sebagai penulis skenario film. Prama, seorang pekerja di perusahaan minyak yang berlimpah materi, namun belum menemukan kebahagiaan dan makna hidup. Mereka mencari tujuan, ambisi dan keinginan sampai akhirnya menemukan makna "23 Episentrum". Ini lah kisah perjalanan Mata, Hari, dan Hati yang menggugah. ----- Dalam paket novel ini terkandung kisah nyata yang dituturkan oleh 23 anak muda yang memilih untuk bekerja seturut kata hati dan kecintaan. Seorang sarjana arsitek malah ingin jadi penerbang; seorang insiyur kimia malah menjadi penggiat biogas di satu desa; seorang sarjana matematika malah menjadi penulis skenario; dan seorang insinyur mesin yang sejak kecil bercita-cita menjadi guru. Mereka semua membagi kisah sejati mereka mengenai kecintaan terhadap pekerjaan mereka. Mereka percaya bahwa sesuatu yang dilakukan dengan hati akan selalu menghasilkan energi, bahkan prestasi. Excellence is the gradual result of always striving to do better. 9 Matahari “Aku memang berhasil lulus kuliah. Bukan hanya membawa ilmu, tapi juga utang kuliah. Utang atas nama diriku, bukan orang tuaku. Utang atas nama semua ilmu yang kuserap dari bangku kuliah dan kepingan pengalamannya. Utang atas pembentukan karakter diri. Semua itu adalah tanggung jawab pribadi atas sebuah impian. Semua itu juga adalah harga yang harus aku tukar dengan sebuah pengalaman duduk di bangku kuliah dan sejuta pengalaman berharga lainnya. Aku tidak merasa jumlah dan kewajiban itu sebagai beban karena aku tahu harga itu memang pantas untuk aku jadikan ”investasi” hidupku.” Temui Matari Anas, mahasiswi yang terlalu tua dengan teman-teman seangkatannya, namun punya tekad menakjubkan menjadi sarjana dan berguna bagi diri sendiri, keluarga, dan orang-orang sekitarnya. Meski keluarganya gagal membiayai kuliah karena terlalu miskin dan secara emosional sedang labil, dia berusaha mandiri, bertahan dengan energi positif yang luar biasa. Keadaan memaksa dia utang ke sana-kemari pada banyak orang, teman-teman, sampai ibu pemilik warung makan di dekat tempat kosnya. Dia belajar pada kehidupan, pada orang-orang yang bisa dijadikan teladan, pertemanan, kesetiaan, dan kasih sayang orang-orang yang mencintainya. Meski pada akhirnya kuliah hingga lulus itu penting, lebih penting lagi ialah integritas, yang ditempa oleh kehidupan dan kedewasaan dalam memandang masalah. NOVEL ini pantas direkomendasikan pada semua mahasiswa baru Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |